Dari berbagai sumber yang dapat
dikumpulkan, kawasan Trenggalek telah dihuni selama ribuan tahun, sejak jaman
pra-sejarah, dibuktikan dengan ditemukannya artifak jaman batu besar seperti :
Menhir, Mortar, Batu Saji, Batu Dakon, Palinggih Batu, Lumpang Batu dan
lain-lain yang tersebar di daerah-daerah yang terpisah.
Prasasti
Kamulan
|
Sebelum ditemukan sumber
yang bersifat tertulis maka daerah itu mengalami masa prasejarah. Sedangkan di
Trenggalek jaman sejarah akan ditandai dengan adanya prasasti yang pertama
kalinya muncul berbentuk Prasati Kampak atau dikenal dengan namanya Perdikan
Kampak. Pada jaman Prasejarah, Trenggalek telah dihuni oleh manusia dengan
bukti ditemu kannya benda-benda yang merupakan hasil jaman Nirloka. Dari
hasil penelitian serta lokasi benda benda prasejarah tadi dapatlah
direkontruksikan, perjalanan manusia-manusia pemula di daerah Trenggalek itu diketahui jejak
nenek moyang yang tersebar dari Pacitan menuju ke Wajak Tulungagung dalam
beberapa jalur, yaitu :
1. Dari Pacitan menuju Wajak melalui Panggul, Dongko, Pule,
Karangan dan menyusuri sungai Ngasinan menuju Wajak Tulungagung;
2. Dari Pacitan menuju Wajak melalui Ngerdani, Kampak, Gandusari
dan menuju Wajak Tulungagung;
3. Dari Pacitan menuju Wajak dengan menyusuri Pantai Selatan
Panggul, Munjungan, Prigi dan akhirnya menuju ke Wajak Tulungagung.
Menurut HR VAN KEERKEREN, Homo
Wajakensis (manusia purba wajak) (mencari-jejak-manusia-wajak.html) hidup pada
masa plestosinatas, sedangkan peninggalan-peninggalan manusia purba Pacitan
berkisar antara 8.000 hingga 23.000 tahun yang lalu. Sehingga, disimpulkan
bahwa pada jaman itulah Kabupaten Trenggalek dihuni oleh manusia.
Walaupun banyak ditemukan
peninggalan manusia purba, untuk menentukan kapan Kabupaten Trenggalek
terbentuk belum cukup kuat karena artifak-artifak tersebut tidak ditemukan
tulisan. Baru setelah ditemukannya prasasti Kamsyaka atau tahun 929 M, dapat
diketahui bahwa Trenggalek pada masa itu sudah memiliki daerah-daerah yang
mendapat hak otonomi / swatantra, diantaranya Perdikan Kampak berbatasan dengan
Samudra Indonesia di sebelah Selatan yang pada waktu itu wilayahnya meliputi
Panggul, Munjungan dan Prigi. Disamping itu, disinggung pula daerah Dawuhan
dimana saat ini daerah Dawuhan tersebut juga termasuk wilayah Kabupaten
Trenggalek. Pada jaman itu tulisan juga sudah mulai dikenal.
Artikel terkait: tempat wisata di trenggalek yang wajib anda kunjungi..
Artikel terkait: tempat wisata di trenggalek yang wajib anda kunjungi..
Setelah ditemukannya Prasasti
Kamulan yang dibuat oleh Raja Sri Sarweswara Triwi-kramataranindita Srengga
Lancana Dikwijayatunggadewa atau lebih dikenal dengan sebutan Kertajaya (Raja
Kediri) yang juga bertuliskan hari, tanggal, bulan, dan tahun pembuatannya,
maka Panitia Penggali Sejarah menyimpulkan bahwa hari, tanggal, bulan dan tahun
pada prasasti tersebut adalah Hari Jadi Kabupaten Trenggalek.
Video Profil Trenggalek Berteman Hati:
Sejarah Singkat Pemerintahan :
Seperti halnya daerah-daerah
lain, di jaman itu Kabupaten Trenggalek juga pernah mengalami perubahan wilayah
kerja. Beberapa catatan tentang perubahan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Dengan adanya Perjanjian Gianti tahun 1755, Kerajaan Mataram
terpecah menjadi dua, yaitu Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.
Wilayah Kabupaten Trenggalek seperti didalam bentuknya yang sekarang ini,
kecuali Panggul dan Munjungan, masuk ke dalam wilayah kekuasaan Bupati Ponorogo
yang berada di bawah kekuasaan Kasunanan surakarta. Sedangkan Panggul dan
Munjungan masuk wilayah kekuasaan Bupati Pacitan yang berada di bawah kekuasaan
Kasultanan Yogyakarta.
2. Pada tahun 1812, dengan berkuasanya Inggris di Pulau Jawa
(Periode Raffles 1812-1816) Pacitan (termasuk didalamnya Panggul dan Munjungan)
berada di bawah kekuasaan Inggris dan pada tahun 1916 dengan berkuasanya lagi
Belanda di Pulau Jawa, Pacitan diserahkan oleh Inggris kepada Belanda termasuk
juga Panggul dan Munjungan.
3. Pada tahun 1830 setelah selesainya perang Diponegoro, wilayah
Kabupaten Trenggalek, tidak termasuk Panggul dan Munjungan, yang semula berada
dalam wilayah kekuasaan Bupati ponorogo dan Kasunanan Surakarta masuk di bawah
kekuasaan Belanda. Dan, pada jaman itulah Kabupaten Trenggalek termasuk Panggul
dan Munjungan memperoleh bentuknya yang nyata sebagai wilayah administrasi
pemerintahan Kabupaten versi Pemerintah Hindia Belanda sampai disaat
dihapuskannya pada tahun 1923.Alasan atau pertimbangan dihapuskannya Kabupaten
Trenggalek dari administrasi Pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu secara
pasti tidak dapat diketahui. Namun diperkirakan mungkin secara ekonomi
Trenggalek tidak menguntungkan bagi kepentingan pemerintah kolonial
Belanda.Wilayahnya dipecah menjadi dua bagian, yakni wilayah kerja Pembantu
Bupati di Panggul masuk Kabupaten Pacitan dan selebihnya wilayah pembantu
Bupati Trenggalek, sedangkan Karangan dan Kampak masuk wilayah Kabupaten
Tulungagung sampai dengan pertengahan tahun 1950.
4. Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950, Trenggalek
menemukan bentuknya kembali sebagai suatu daerah Kabupaten di dalam Tata
Administrasi Pemerintah Republik Indonesia. Saat yang bersejarah itu tepatnya
jatuh pada seorang Pimpinan Pemerintahan (acting Bupati) dan seterusnya
berlangsung hingga sekarang.Seorang Bupati pada masa Pemerintahan Hindia
Belanda yang terkenal sangat berwibawa dan arif bijaksana adalah MANGOEN NEGORO
II yang terkenal dengan sebutan KANJENG JIMAT yang makamnya terletak di Desa
Ngulankulon Kecamatan Pogalan. Dan untuk menghormati Beliau, nama "KANJENG
JIMAT" diabadikan sebagai salah satu jalan di Kabupaten Trenggalek.
Demikian rekontruksi perjalanan manusia – manusia pra sejarah
yang berlangsung bolak balik antara Pacitan dengan Wajak. Jalur-jalur
perjalanan tersebut dapat dibuktikan dengan ditemukannya artefak jaman batu
besar seperti, menir, mortar, batu saji, batu dakon, palinggih batu, lumpang
batu dan sebagainya. Yang kesemuanya benda benda tadi tersebar didaerah daerah
bekas jalur jalur lalu lintas mereka itu. HR VAN HEEKEREN menyatakan bahwa
homowajakensis (manusia purba wajak) hidup pada masa Plestosin atas, sedangkan
peninggalan Pacitan berkisar antara 8.000 sampai 35.000 tahun yang
lalu.Akibatnya masa megaliticum atau masa neoliticum itulah yang meliputi
daerah Trenggalek purba. Satu hal yang perlu dicatat disini bahwa manusia –
manusia Trenggalek pada waktu itu dapat direkontruksikan lebih tua jika
dibandingkan manusia wajak dan lebih muda dibanding dengan manusia – manusia
Sampung Ponorogo.
Mengingat masa itu masyarakat sudah mengenal pertanian, maka
dari segi sosial, masyarakat tadi sudah mengenal struktur atau stratifikasi
sosial walaupun dalam bentuk sangat sederhana. Sedangkan masalah perekonomian
dan kebudayaan telah pula mereka kenal dan mereka anut serta dikerjakan oleh
masyarakat pendukungnya. Berakhirnya masa prasejarah berarti mulainya masa
sejarah dimana tulisan mulai dikenal pada saat itu. Untuk itu Perdikan Kampak
merupakan tonggak sejarah Kabupaten Trenggalek yang tak dapat diabaikan.
Lahirnya perdikan kampak ditandai dengan adanya prasasti kampak yang dibuat
oleh Raja Sindok pada tahun 851 syaka atau 929 Masehi. Dari prasati itu dapat
diketahui bahwa Trenggalek pada masa itu sudah memiliki daerah daerah yang
mendapatkan hak otonomi atau swantara lebih jelas lagi diketengahkan bahwa
Perdikan Kampak berbatasan dengan mahasamudera (Samudera Indonesia ) disebelah
selatan yang pada waktu itu wilayahnya meliputi Panggul, Munjungan dan Prigi.
Selanjutnya disinggung pula daerah Dawuhan yang sekarang daerah ini juga masih
dapat dijumpai di Trenggalek. Setelah masa Mpu Sindok dengan melalui masa Raja
Dharmawangsa lahirlah di Jawa Timur kerajaan Kahuripan yang diperintah oleh
Raja Airlangga. Hanya sayangnya pada masa ini tidak banyak diketahui
kesejarahannya, dikarenakan tidak ditemuinya data atau mungkin belum ditemukannya
data tentang masa tersebut.
Namun tidak bisa disangkal bahwa wilayah Trenggalek termasuk
dalam kawasan Kahuripan yang kemudian berkesinambungan menjadi wilayah kerajaan
Kediri. Dari jaman Kediri hanya ada beberapa hal yang dapat dicatat, utamanya
pada masa ini munculnya prasasti Kamulan yang terletak di Desa Kamulan
Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek.
Bertolak dari prasasti Kamulan dapatlah diajukan suatu masa
lahirnya Perdikan Kamulan. Di dalam prasasti Kamulan dicantumkan tahun
pembuatannya yaitu tahun 1116 caka atau tahun 1194 masehi. Prasasti tadi
dikeluarkan oleh Raja Sarweswara Trikramawataranindita Srngga
Lancana Dikwijayotunggadewa atau biasa dikenal dengan nama
Kertajaya. Raja inilah yang berhasil mengusir musuh musuhnya dari daerah Katang
– katang berkat bantuan rakyat Kamulan.
Berdasarkan atas prasasti inilah ditetapkan “Hari jadi Kabupaten
Trenggalek pada hari” Rabu Kliwon “tanggal 31 bulan Agustus tahun 1194. Hari
dan tanggal tersebut dijadikan hari jadi atau hari lahirnya Kabupaten
Trenggalek berdasarkan data sejarah yang ditemui di Trenggalek, antara lain :
•
Pertama : Prasejarah daerah Trenggalek menunjukkan bahwa daerah itu telah
dihuni manusia, tetapi jaman ini bersifat masih nisbi sekali.
• Kedua
: Prasasti Kampak tidak jelas hari dan tanggalnya kapan Prasati itu
dilaksanakan isinya.
•
Ketiga : Hanya Prasasti Kamulan yang memiliki informasi cukup lengkapsehingga
mampulah prasastiKamulan dijadikan tonggak sejarah lahirnya Kabupaten
Trenggalek secara analitis, historis, yuridis formalyang dapat dipertanggung
jawabkan.
Masa Perdikan
Dalam masa perdikan ini
dapat dikelompokkan dua liputan yakni :
a. Masa Perdikan Hindu.
b. Masa Perdikan Islam.
Pada masa perdikan Hindu
ditemui puing – puing percandian di daerah Trenggalek serta beberapa benda –
benda purbakala Hindu. Antara lain beberapa monogram seperti monogram 1330 caka
atau 1408 Masehi yang terpahatkan dalam punggung arca wanita yang ditemukan di
Dompyong. Arca Bhima yang ditemukan di Dukuh Ngreco desa Parakan dan kini
dimuka Pendopo Kabupaten serta Arcadwarapala yang ditemukan dikaki Gunung Kambe
Desa Watulimo. Penemuan tadi merupakan koleksi benda purba yang diidentifikasi
pada jaman Majapahit akhir pembuatannya. Jadi jelas padamasa perdikan hindu ini
Trenggalek mengalami masa Kediri sampai dengan Majapahit. Bukti lain yang
memperkuat pendapat ini yaitu dengan ditemukannya ambang pintu candi dan sebuah
yoni yang digali dari Desa Sukorame Kecamatan Gandusari. Disekitar pondok
pesantren Hidayatul Tholab-pun banyak dijumpai puing puing percandian dan arca
arca, antara lainnya dua buah kepala kala, arca ganesya dan balok – balok batu
berkas percandian. Malahan dapat diperkirakan dengan jelas bahwa prasasti
Kamulanpun dipendam didaerah ini. Setelah masa perdikan Hindu, datang dan
berkembang Agama Islam yang menyebabkan banyak sekali perdikan perdikan Hindu
yang langsung dijadikan Perdikan Islam.
Sayang sekali mengenai
jaman Islam awal ini di Trenggalek tidak ditemui informasi yang memadai.
Meskipun demikian satu hal yang tak dapat dilupakan bahwa Menak Sopal perlu
diangkat sebagai figur sejarah pemula penyebar Agama Islam di Trenggalek, yang
banyak perhatiannya dalam bidang pertanian. Ternyata pada peninggalan kompleks
makam Bagong yang sampai kini diyakini dan dipercayai masyarakat Trenggalek
tentang pembuatan Dam Bagong oleh Menak Sopal, terdapat suatu bukti – bukti
yang berupa makam Menak Sopal dan istrinya yang tergores pada nisannya sebuah
candra sangkala. Candra Sangkala tadi berbunyi “Sirnaning Puspita Cinatur
Wulan”, dengan arti sirna merupakan ungkapan dari makam, dan merupakan tempat
orang meninggal maka bernilai 0 (nol). Sedangkan bunga bernilai 9 (sembilan)
dan karena bunga ini berdaun mahkota empat menimbulkan kata cinatur yang
nilainya 4 (empat), candra yang berarti bulan bernilai 1( satu), akibatnya
angka tahun itu bila dibaca dari belakang ialah 1490 caka atau 1568 Masehi.
Data tersebut mnunjukkan bahwa masuknya agama islam di Trenggalek sekitar abad
XVI, pada waktu kerajaan pajang diperintah oleh Sultan Hadiwijaya. Bagaimana
keadaan Trenggalek pada masa Perdikan Islam ini kurang dapat dipaparkan, seolah
olah masa itu masih tertutup oleh tabir misteri yang perlu dikuakkan pada masa
– masa yang akan datang.
Trenggalek awal lalu
digabungkan
Sejarah Kabupaten
Trenggalek memang unik, hal ini tercermin dalam periodisasinya yang pernah
mengalami masa penggabungan. Periode Trenggalek awal yang mengetengahkan
perkembangan dinamika Poleksosbud Trenggalek + 1830 M sampai 1932 yang
dilanjutkan dengan masa Trenggalek digabungkan yang meliputi awal Proklamasi
sampai Revolusi Fisik.
Trenggalek Awal
Yang dimaksud dengan
Trenggalek awal ialah masa dimana patut dibedakan pemerintahan timbul tenggelam
yang mengemudikan Kabupaten Trenggalek. Peristiwa sebelum 1830 yang
menggoncangkan pulau jawa adalah peristiwa pembunuhan penduduk Cina di Batavia
secara besar-besaran yang dilaksanakan oleh VOC pada tanggal 10 Oktober 1940
yang dikenal dengan nama perang Pacino atau geger Pacinan. Akibatnya Mas
Garendi yang bergelar Sunan Kuning membantu penduduk cina dan mengadakan
pemberontakan menyerang Kartasura pada 30 Juni 1742. Akibat dari pemberontakan
ini Sultan Paku Buwana II terpaksa melarikan diri ke Ponorogo.
Dengan bantuan Bupati
Mertodiningrat dari Ponorogo Sunan Paku Buwana II berhasil menumpas
pemberontakan Mas Garendi mengakibatkan putra Bupati Mertodiningrat diangkat
sebagai Bupati Trenggalek yang pertama pada tahun 1743. Bupati Trenggalek
pertama inilah yang bernama Sumotruno.
Bupati Sumotruno
digantikan oleh saudaranya sendiri Bupati Jayanegara yang merangkap penguasa
tunggal di Sawo Ponorogo. Waktu perang Mangkubumen, penguasa Trenggalek adalah
Ngabei Surengrana yang pada awalnya membantu Mas Said kemudian berganti haluan
menggabungkan diri dan mengikuti jejak Sultan Hamengkubuwana I. Pada akhir
peperangan Mangkubumen yang mencetuskan perjanjian Giyanti pada 13 Pebruari
1755 mengakibatkan Trenggalek dibagi menjadi dua bagian,
Bagian Timur termasuk
wilayah Ngrawa dan bagian barat dan selatan termasuk Kabupaten Pacitan. Hal ini
dapat dibuktikan dengan ditemukannya tugu perbatasan dari batu yang terdapat
didesa gayam Kecamatan Panggul. Baru pada tahun 1830 setelah Perang Diponegaran
selesai, daerah Trenggalek langsung menjadi milik Belanda. Susunan tata
pemerintahan pada waktu itu tidak banyak diketahui hanya dapat diperkirakan
kalau tidak terlampau jauh bedanya dengan daerah – daerah wilayah Kerajaan
Mataram yang lain.
Pada tahun 1942 Bupati
Trenggalek Raden Tumenggung Mangkunagoro meninggal dan digantikan oleh Raden
Tumenggung Aryakusuma Adinoto yang sejak awalnya menjabat sebagai Bupati
Besuki. Raden Tumenggung Aryakusuma Adinoto pada tahun 1943 dipindahkan ke
berbek daerah Nganjuk, sehingga jabatan Bupati Trenggalek masa ini lowong.
Untuk mengisi kekosongan ini diangkatlah Raden Ngabei Joyopuspo yang pada
awalnya menjabat sebagai patih Trenggalek menjadi Bupati Trenggalek dengan
Raden Tumenggung Pusponagoro. Tidak selang lama Raden Tumenggung Pusponagoro
wafat, sebagai gantinya diangkatlah wedono Tulungagung, Raden Gondokusumo
menantu Bupati Tulungagung sebagai Bupati Trenggalek dengan gelar Tumenggung
Sumoadiningrat pada tahun 1845 M.
Trenggalek Digabungkan
Sejak tahun 1926 telah
diadakan perubahan pemerintahan oleh pihak Belanda. Perubahan ini di Trenggalek
dilaksanakan pada tahun 1935, sejak saat ini Trenggalek digabungkan, sebagian
daerahnya dimasukkan Kabupaten Tulungagung dan sebagian lainnya dimasukkan
Kabupaten Pacitan. Akibatnya hal ini sama dengan pada masa sebelum Kabupaten
Trenggalek awal.
Penggabungan ini
menyebabkan Trenggalek kurang mendapat perhatian. Dengan demikian keadaan
Trenggalek tidak dapat dicatat. Trenggalek pada masa revolusi fisik ditandai
dengan masuknya daerah ini kedalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Berita
masuknya Trenggalekkedalam negara kesatuan Republik Indonesia meskipun secara
tidak resmi telah terdengar secara lisan dan tersebar serta didengar oleh
seluruh penduduk desa – desa Trenggalek.
Dalam masa ini Trenggalek
juga mendapat perhatian dari pembesar pembesar negara antara lain :
Menteri Agama Kyai Haji
Masjkur yang didampingi oleh Mr. Sunaryo sebagai sekjen Depag.Datang pula
Menteri Dalam Negeri Drs. Susanto Tirtoprodjo,SH serta Menteri Negara dr,
Sukiman Wiryosandjojo yang sampai didaerah Trenggalek dengan jalan kaki.
Panglima Besar Jendral
Sudirmanpun pernah dua kali mengunjungi Trenggalek. Kunjungannya yang terakhir
pada tanggal 24 januari 1949 menuju desa Nglongsor.
Sekitar Konferansi Meja
Bundar yang membuahkan Pemerintah Republik Indonesia Serikat imbasnya terasa
pula di Trenggalek. Hal ini dapat diketahui dengan adanya serah terima
kekuasaan yang dilakukan Mukardi, R. Roestamadji dan Sukarlan dari pihak RI di
Trenggalek dengan Mayor Cronn dan Karis Sumadi sebagai wakil pihak Belanda.
Dengan demikian selesailah masa penggabungan di Trenggalek yang dipenuhi oleh
peristiwa peristiwa duka dan lara. Namun berkat nama Tuhan Yang Maha Esa fajar
telah menyingsing dan Trenggalek mengalami masa cemerlang serta masa
pembangunan demi tercapainya Keagungan Bangsa dan Negara.
Trenggalek Wibawa
Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945 menjunjung seluruh wilayah Indonesia menjadi wilayah yang merdeka
dalam kesatuan dan persatuan dengan Negara Republik Indonesia. Secara formal
Kabupaten Trenggalek timbul kembali berdasarkan SK. Presiden tahun 1950 Nomor
20 yang ditandai oleh Presiden saat sebagai Presiden RI yang termasuk dalam
Negara Republik Indonesia Serikat.
Perjalanan roda sejarah
tidak pernah henti akibatnya Trenggalekpun mengalami Pemerintahan Orde Lama dan
Trenggalek wibawa dalam pembangunan. Dari Undang – Undang Nomor 20 tahun 1950
dapat diketahui bahwa Trenggalek dinyatakan sebagai Kabupaten yang terdiri dari
Kawedanan Trenggalek, Kampak, Karangan dan Panggul. Pada awalnya Notosugito
Patih Tulungagung diangkat sebagai Bupati Trenggalek.
Sesudah Notosugito
Trenggalek diperintah Oleh R.Lantip sebagai acting Bupati di Trenggalek sejak
tanggal 8 Agustus 1950 sampai 27 Desember 1950 yang pada saat itu sudah
terbentuk DPRS, untuk pertama kalinya jabatan ketua dipegang oleh R. Oetomo.
Semenjak tanggal 27 Desember 1950 Muprapto menduduki kursi Bupati Kabupaten
Trenggalek yang berakhir pada tanggal 21 januari 1958. penggantinya R. Abdul
Karimdiposastro memerintah sejak tanggal 1 Desember 1958 sampai dengan 1 Juni
1960.
Bupati R. Abdul
Karimdiposastro didampingi oleh R. Supangatprawironoto selaku Kepala Daerah
Trenggalek. Masa orde lama diakhiri dengan masa pemerintahan Bupati
Budikuntjahjo yang diamankan oleh Negara karena tersangkut peristiwa G 30
S/PKI.
Demikianlah beberapa
peristiwa yang dapat dicatat dalam masa Orde Lama.Antara tanggal 1 oktober 1945
sampai 31 januari 1967 Kabupaten Trenggalek diperintah oleh Bupati Hardjito
yang merupakan perintis Orde Baru didaerah Trenggalek. Pada tahun 1967 Bupati
Muladi menggantikan Bupati Hardjito, saying sekali Bupati Muladi hanya
memerintah antara tanggal 1 pebruari 1967 sampai 1 oktober 1968.
Semenjak tahun 1967
Trenggalek dipimpin oleh Bupati Sutran yang gigih berusaha memotivitir penduduk
Trenggalek agar lebih giat melipat gandakan produksi pertanian
Wasana Kata
Dalam mengikuti peristiwa
perjalanan hidup manusia – manusia Trenggalek yang terkait dalam putaran roda
sejarah Kabupaten Trenggalek maka kini sampailah pada wasana kata yang akan
mengakhiri Kitab Petunjuk Singkat Sejarah Kabupaten Trenggalek ini. Dari hasil
penelitian, penelusuran, pengolahan dan penyusunan Kabupaten Trenggalek
dapatlah kini disimpulkan bahwa :
1. Trenggalek telah dihuni oleh manusia – manusia purba sebagai
nenek moyang sejak jaman Prasejarah.
2. Jaman Prasejarah diakhiri pada tahun 851 caka atau 929 Masehi
dengan diketemukannya Prasasti Kampak yang melahirkan Perdikan Kampak. Sebagai
anugrah Simaparasima dari Raja Pu Sindok Isyana Tunggadewa sebagai hadiah pada
masyarakat Trenggalek.
3. Perdikan Kampak disusul dengan timbul dan memantabnya
Perdikan Kamulan yang lahir pada tanggal 31 Agustus 1194 dengan demikian secara
yuridis formal Kabupaten Trenggalek lahir pada tanggal 31 Agustus 1194 hari
Rabu Kliwon.
4. Keadaan geeografis Trenggalek memiliki beberapa keistimewaan
yang tak dimiliki oleh daerah lain, sehingga meelahirkan goresan sejarah yang
berbeda pula dengan daerah lain. Akibatnya daerah ini selalu menjadi “terugval
basis”. Karena itu tepat sekali bila daerah ini bernama “TRNG GALE” yang
kemudian karena perubahan gejala bahasa maka menjadi “TRENGGALEK”.
Dengan demikian patutlah
bila terjilma cita cita Trenggalek Wibawa yang tak kenal mundur untuk terus
membangun. Hal ini jelas terungkap dalam sirat dan suratan Lambang Trenggalek
yang berbunyi : “JWALITA PRAJA KARANA”. Karena itu sebagai doa dan harapan yang
mengakhiri Kitab Kecil ini tercetus sasanti : “Jaya Wijayagung Mandraguna
Trenggalek Jayati”.
Sejarah Trenggalek dan
Pemerintahannya.
Berdasar pada Kitab Babon
Sejarah Trenggalek, Kabupaten Trenggalek telah dihuni manusia sejak ribuan
tahun yang lalu, yaitu pada jaman pra-sejarah. Hal itu dapat dibuktikan dengan
telah ditemukannya artifak-artifak jaman batu besar seperti: Menhir, Mortar,
Batu Saji, Batu Dakon, Palinggih Batu, Lumpang Batu dan lain-lain. Benda-benda
tersebut tersebar di daerah-daerah yang terpisah yang dimungkinkan di daerah
tersebut adalah jalur perjalanan manusia Pemula. Berdasar data tersebut
disimpulkan bahwa, perjalanan manusia Pemula berasal dari Pacitan menuju ke
Wajak Tulungagung dengan melalui jalur:
• Dari Pacitan menuju Wajak melalui Panggul, Dongko, Pule,
Karangan dan menyusuri sungai Ngasinan menuju Wajak Tulungagung.
• Dari Pacitan menuju Wajak melalui Ngerdani, Kampak, Gandusari
dan menuju Wajak Tulungagung.
• Dari Pacitan menuju Wajak dengan menyusuri Pantai Selatan
Panggul, Munjungan, Prigi, dan akhirnya menuju ke Wajak Tulungagung.
Menurut HR VAN KEERKEREN,
Homo Wajakensis (manusia purba wajak) hidup pada masa plestosinatas, sedangkan
peninggalan-peninggalan manusia purba Pacitan berkisar antara 8.000 hingga
23.000 tahun yang lalu. Sehingga, disimpulkan bahwa pada jaman itulah Kabupaten
Trenggalek dihuni oleh manusia.
Walaupun banyak ditemukan
peninggalan manusia purba, untuk menentukan kapan Kabupaten Trenggalek
terbentuk belum cukup kuat karena artifak-artifak tersebut tidak ditemukan
tulisan. Baru setelah ditemukannya prasasti Kamsyaka atau tahun 929 Masehi, dapat
diketahui bahwa Trenggalek pada masa itu sudah memiliki daerah-daerah yang
mendapat hak otonomi / swatantra, diantaranya Perdikan Kampak berbatasan dengan
Samudra Indonesia di sebelah Selatan yang pada waktu itu wilayahnya meliputi
Panggul, Munjungan dan Prigi. Disamping itu, disinggung pula daerah Dawuhan
dimana saat ini daerah Dawuhan tersebut juga termasuk wilayah Kabupaten
Trenggalek. Pada jaman itu tulisan juga sudah mulai dikenal.
Setelah ditemukannya
Prasasti Kamulan yang dibuat oleh Raja Sri Sarweswara Triwikramataranindita
Srengga Lancana Dikwijayatunggadewa atau lebih dikenal dengan sebutan Kertajaya
(Raja Kediri) yang juga bertuliskan hari, tanggal, bulan, dan tahun
pembuatannya, maka Panitia Penggali Sejarah menyimpulkan bahwa hari, tanggal, bulan,
dan tahun pada prasasti tersebut adalah Hari Jadi Kabupaten Trenggalek.
Sejarah Singkat Pemerintahan
Seperti halnya
daerah-daerah lain, di jaman itu Kabupaten Trenggalek juga pernah mengalami
perubahan wilayah kerja. Beberapa catatan tentang perubahan tersebut adalah
sebagai berikut:
• Dengan adanya
Perjanjian Gianti tahun 1755, Kerajaan Mataram terpecah menjadi dua, yaitu
Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Wilayah Kabupaten Trenggalek
seperti didalam bentuknya yang sekarang ini, kecuali Panggul dan Munjungan,
masuk ke dalam wilayah kekuasaan Bupati Ponorogo yang berada di bawah kekuasaan
Kasunanan Surakarta. Sedangkan Panggul dan Munjungan masuk wilayah kekuasaan
Bupati Pacitan yang berada di bawah kekuasaan Kasultanan Yogyakarta.
• Pada tahun 1812, dengan
berkuasanya Inggris di Pulau Jawa (Periode Raffles 1812-1816) Pacitan (termasuk
didalamnya Panggul dan Munjungan) berada di bawah kekuasaan Inggris dan pada
tahun 1916 dengan berkuasanya lagi Belanda di Pulau Jawa, Pacitan diserahkan oleh
Inggris kepada Belanda termasuk juga Panggul dan Munjungan.
• Pada tahun 1830 setelah
selesainya perang Diponegoro, wilayah Kabupaten Trenggalek, tidak termasuk
Panggul dan Munjungan, yang semula berada dalam wilayah kekuasaan Bupati
ponorogo dan Kasunanan Surakarta masuk di bawah kekuasaan Belanda. Dan, pada
jaman itulah Kabupaten Trenggalek termasuk Panggul dan Munjungan memperoleh
bentuknya yang nyata sebagai wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten versi
Pemerintah Hindia Belanda sampai disaat dihapuskannya pada tahun 1923.
Alasan atau pertimbangan
dihapuskannya Kabupaten Trenggalek dari administrasi Pemerintah Hindia Belanda
pada waktu itu secara pasti tidak dapat diketahui. Namun diperkirakan mungkin
secara ekonomi Trenggalek tidak menguntungkan bagi kepentingan pemerintah
kolonial Belanda.
Wilayahnya dipecah
menjadi dua bagian, yakni wilayah kerja Pembantu Bupati di Panggul masuk
Kabupaten Pacitan dan selebihnya wilayah Pembantu Bupati Trenggalek, Karangan
dan Kampak masuk wilayah Kabupaten Tulungagung sampai dengan pertengahan tahun
1950.
Dengan terbitnya
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950, Trenggalek menemukan bentuknya kembali
sebagai suatu daerah Kabupaten di dalam Tata Administrasi Pemerintah Republik
Indonesia.
Saat yang bersejarah itu
tepatnya jatuh pada seorang Pimpinan Pemerintahan (acting Bupati) dan
seterusnya berlangsung hingga sekarang. Seorang Bupati pada masa Pemerintahan
Hindia Belanda yang terkenal sangat berwibawa dan arif bijaksana adalah MANGOEN
NEGORO II yang terkenal dengan sebutan KANJENG JIMAT yang makamnya terletak di
Desa Ngulankulon Kecamatan Pogalan.
Menurut bukti
administrasi yang ada di Bagian Pemerintahan Kabupaten Trenggalek, nama-nama
Bupati yang pernah menjabat di Kabupaten Trenggalek adalah:
• Jaman Trenggalek Awal
1. Sumotruno (menjabat tahun 1793)
2. Djojonagoro (menjabat tahun …)
3. Mangoen Dirono (menjabat tahun …)
4. Mangoen Negoro I (menjabat tahun 1830)
5. Mangoen Negoro II (menjabat tahun … – 1842)
6. Arjokusumo Adinoto (menjabat tahun 1842 – 1843)
7. Puspo Nagoro (menjabat tahun 1843 – 1845)
8. Sumodiningrat (menjabat tahun 1845 – 1850)
9. Mangoen Diredjo (menjabat tahun 1850 – 1894)
10. Widjojo Koesoemo (menjabat tahun 1894 – 1905)
11. Poerba Nagoro (menjabat tahun 1906 – 1932)
• Jaman Trenggalek
Manunggal.
Dengan manunggalnya kembali wilayah Pembantu Bupati di
Panggul dengan wilayah Pembantu Bupati di Trenggalek, Karangan dan Kampak, maka
pada jaman itu Trenggalek merupakan daerah Administrasi dalam arti mempunyai
wilayah kekuasaan sendiri dan tidak bergabung dengan daerah Kabupaten lainnya.
Adapun Bupati yang pernah menjabat pada masa itu hingga sekarang adalah:
1. Noto Soegito (menjabat tahun 1950)
2. R. Latif (menjabat tahun 1950)
3. Muprapto (menjabat tahun 1950 – 1958)
4. Abdul Karim Dipo Sastro (menjabat tahun 1958 – 1960)
5. Soetomo Boedi K. (menjabat tahun 1965)
6. Hardjito (menjabat tahun 1965 – 1967)
7. Muladi (menjabat tahun 1967 – 1968)
8. Soetran (menjabat tahun 1968 – 1974)
9. Much. Poernanto (menjabat tahun 1974 – 1975)
10. Soedarso (menjabat tahun 1975 – 1985)
11. Haroen Al Rasyid (menjabat tahun 1985 – 1990)
12. Drs. H. Slamet (menjabat tahun 1990 – 1995)
13. Drs. H. Ernomo (menjabat tahun 1995 – 2000)
14. Ir. Mulyadi WR (menjabat tahun 2000 – 2005)
15. Soeharto (menjabat tahun 2005 – 2010)
16. Ir. Mulyadi WR (menjabat tahun 2010 – 2015)
17. Dr. Emil
Elestianto Dardak, MSc. (menjabat tahun 2016 - sekarang)Semoga bermanfaat, dan Mari dulur berkunjung ke trenggalek, kami menanti kedatangan Anda, tempat wisata di trenggalek yang wajib anda kunjungi..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar