"YANG MUDA YANG BERKARYA, YANG TUA SEBAGAI PENASEHAT"
***Kesuksesan Adalah Milik orang orang yang tidak hanya pandai berencana, tapi kesuksesan terletak pada tindakan action nyata kita***
Visi: Perubahan Menuju Terwujudnya Masyarakat Trenggalek yang Sejahtera dan Berakhlak.
Pada zaman dahulu
Trenggalek terkenal daerah yang tandus dan kering, sehingga banyak orang makan
nasi tiwul / gaplek. Hal itu menjadikan rasa keprihatinan bagi punggawa
pemerintahan Kadipaten Trenggalek khususnya Adipati Minak Sopal. Karena rasa
tanggung jawabnya terhadap rakyatnya, maka Adipati Minak Sopal punya gagasan
untuk membangun Dam agar airnya bias mengaliri sawah-sawah yang ada di wilayah
Trenggalek yang dulu terkenal sawah tadah hujan. Dalam mewujudkan gagasan itu
Adipati Minak Sopal membangun Dam di daerah Bagong. Untuk membangun Dam Bagong
tidak mudah karena arus air dari kawasan utara sangat besar sehingga Dam itu
jebol dan rusak. Jebol dan rusaknya Dam itu ternyata karena ulah dari Penguasa
Kawasan Gunung Wilis yang terkenal sakti bernama Raja Bedander. Konon Raja
Bedander bermusuhan dengan Adipati Minak Sopal karena perebutan wilayah. Untuk
itu Raja Bedander mengancam Trenggalek akan dimusnahkan dengan cara
mendatangkan air yang besar dari sungai sebelah utara Trenggalek. Karena ada
ancaman dari Raja Bedander maka Adipati Minakm Sopal berupaya menanggulangi
dengan cara membuat Dam Bagong.
Namun sebelum mengulas
tentang Dam Bagong perlu kita menyimak peristiwa permusuhan Raja Bedander
dengan Adipati Minak Sopal. Dulu Raja Bedander mempunyai wilayah di kawasan
lereng Gunung Wilis. Karena ambisinya dia ingin mengembangkan wilayah ke
selatan.
Wilayah selatan adalah
wilayah kawasan Adipati Minak Sopal sehingga terjadi perebutan wilayah. Agar
tidak mengorbankan rakyatnya maka Adipati Minak Sopal mengajak bertanding Raja
Bedander adu kesaktian. Karena tantangan dari Adipati Minak Sopal maka Raja
Bedander beserta prajuritnya berangkat bersama-sama menuju Trenggalek, Karena
perjalanannya dari lereng Gunung Wilis sangat jauh, maka rombongan Raja Bedander
beristirahat di daerah Srabah dengan menancapkan payungnya di tanah yang
akhirnya sampai sekarang bekas istirahatnya Raja Bedander di Srabah dinamai
Watu Payung karena ada batu yang menyerupai payung.
Usai istirahat di Srabah
berangkat ke selatan. Di selatan desa Srabah rombongan Raja Bedander istirahat
lagi sambil menghibur diri dengan diiringi gamelan. Rasa capeknya sudah hilang
rombongan berangkat lagi ke selatan.
Namun sebelum berangkat
gamelan pengiring tadi Ia sabda jadi batu yang sekarang dinamai “Batu Gong”
atau batu gamelan, karena ada batu-batu yang menyerupai alat gamelan.
Di sekitar Ngares tepatnya
di tengah hutan Raja Bedander bertemu dengan Adipati Minak Sopal. Mereka
berkelahi adu kesaktian sampai berhari-hari. Karena kelelahan mereka istirahat,
usai istirahat mereka berdua mengajak bertanding lagi dengan cara adu ayam.
Ayam mereka berdua juga sangat sakti, karena setiap adu cakar terjadi percikan
api. Namun pada suatu saat ayam Adipati Minak Sopal menghantam dan mencakar
ayam Raja Bedander dengan kerasnya sehingga ayam itu jatuh terduduk. Setelah
jatuh terduduk ada kejadian aneh bahwa ayam Raja Bedander menjadi batu dan ayam
Adipati Minak Sopal menjadi bongkahan besi baja.
Ternyata karena kesaktian
dari masing-masing penguasa itu, Raja Bedander Menciptakan ayam jago dari batu
dan Adipati Minak Sopal menciptakan ayam jago dari besi baja. Untuk itu sampai
sekarang bekas tempat adu jago itu dinamai “Watu Jago”, karena di situ ada batu
menyerupai ayam jago.
Nah karena merasa belum
kalah Raja Bedander mengajak lagi bertanding adu kesaktian. Namun pada
perkelahian kali ini Raja Bedander kena sabetan keris Adipati Minak Sopal
tepatnya mengenai kemaluannya sehingga putus. Akhirnya Raja Bedander lari
sambil memegangi kemaluannya dan darahnya tercecer di jalan. Dia istirahat
darah tetap mengalir sehingga tanah itu diberi nama “Lemah Bang” yang artinya
tanah merah. Raja Bedander walaupun sudah kalah tetap belum menerima
kekalahannya bahkanb akan mendatangkan banjir banding dari lereng Gunung Wilis.
Untuk menjaga ancaman dari Raja Bedander maka ada syarat yaitu harus membuat
bendungan air. Tempat yang cocok adalah di daerah Bagong, namun memerlukan
tumbal. Artikel terkait: tempat wisata di trenggalek yang wajib anda kunjungi.. Hal ini diperoleh wisik
(bisikan) dari orang tua Adipati Minak Sopal yang ayahnya siluman Raja Buaya
dan ibunya bernama Roro Amis. Dari saran orang tuanya itu bahwa Dam (bendungan)
tidak akan jebol apabila diberi tumbal gajah putih. Padahal gajah putih di wilayah wengker yang
punya hanya seorang putri Cantik Blesteran kerajaan Singosari dan Kahuripan bernama Putri "Roro Krandon" yang mencari kedamaian di desa Asri dengan tempat pamandian bernama sekarang pemandian "Tapan", Putri itu dalam Hikayat cerita selanjutnya lebih terkenal dengan Nama Mbok Roro Krandon dari dusun Krandon - Desa Kerjo - Kecamatan Karangan - Kabupaten Trenggalek (dahulu desa kerjo ini masuk kadipaten Ponorogo), maka suatu hari berangkatlah
Adipati Minak Sopal ke dsn Krandon - Desa Kerjo - Karangan mau pinjam gajah putih. Karena dengan alasan mau dipinjam untuk membantu mempercepat pembangunan untuk kesejahteraan rakyat maka gajah putih itu oleh mbok rondo krandon dipinjamkan pada Adipati Minak Sopal. Gajah Putih itu sebelum
dijadikan tumbal dikandangkan di daerah Gempleng yang sampai sekarang
peninggalannya diberi nama “Watu Kandang”.
Pada suatu hari Gajah Putih
dibawa ke Dam Bagong untuk disembelih dan dibuang dalam Dam (bendungan) itu.
Wal hasil memang bendungan itu kuat dan tidak jebol. Namun bagi Mbok Roro
Krandon menjadi cemas karena gajah putih miliknya belum juga dikembalikan
sehingga mereka tunggu di Gunung perbatasan Ponorogo, Trenggalek. Bahkan karena
terlalu lama menunggu tongkat Mbok Roro Krandon dimakan ngengat (rayap),
sehingga menjadi lapuk (bubuken). Pangeran menak sopal ditunggu lama oleh putri roro krandon Wal hasil tidak kunjung dating sehingga bekas
tempat menunggu Mbok Roro Krandon itu dinamakan “Gunung Sebubuk”.
Kemudian putri roro krandon Mendengar Gajah Putih
miliknya disembelih, terjadilah perselisihan dan pertarungan dahsyat antara putri roro krandon dengan minak sopal, minak sopal lari masuk ke dalam tanah, lari terus dari satu desa ke desa lain bahkan sampai tembus ponorogo, teryata di atas udah menanti putri roro krandon, kemudian minak sopal masuk tanah lagi lari ke pantai selatan, tapi putri roro krandon sudah menanti di atas minak sopal muncul, akhirnya minak sopal menyerah dan dengan perundingan dan penjelasan yang masuk di akal dan ternyata gajah putihnya untuk tumbal bendungan atau Dam Bagong maka mereka (putri roro krandon dan prajuritnya) ihklas
demi keamanan dan kesejahteraan rakyat Trenggalek. perlu diketahui hasil dari pertarungan dahsyat ini di wilayah Trenggalek banyak terdapat sumur Brumbung / terowongan (kalau kita masuk disitu bisa kita terbawa ke pantai selatan), Dengan peristiwa disembelihnya gajah putih, Untuk itu sampai sekarang
adat menyembelih gajah, setiap tahunnya diganti dengan kerbau. Dimana proses itu berlangsung sacral dan meriah. Pada hari itu di lokasi Dam Bagong diadakan
sembelih kerbau, kepala dan kaki dibuang ke bendungan Dam Bagong untuk
diperebutkan oleh orang-orang. Sedangkan dagingnya dimasak untuk menjamu para
undangan.
Di malam hari diadakan
pagelaran wayang kulit semalam suntuk hingga pagi harinya dilaksanakan prosesi
ruwatan dengan tujuan agar seluruh masyarakat Trenggalek terhindar dari bencana
dan ditingkatkan kesejahteraannya.
Demikian cerita tentang
asal mula Dam Bagong yang berada di Kelurahan Ngantru Kecamatan - KabupatenTrenggalek.
Berikut acara bersih2 desa di Dam bagong:
Nilai-nilai / Hikmah yang
bias diambil dari cerita tersebut adalah :
Dengan adanya Dam Bagong
sawah-sawah yang ada di daerah Trenggalek bagian dataran yang semula sebagai
sawah tadah hujan dan mengalami kekeringan di musim kemarau, namun dengan
adanya Dam Bagong maka sawah itu berubah statusnya menjadi sawah irigasi,
sehingga pada musim kemaraupun dapat diolah sekaligus sebagai penahan banjir di
musim penghujan. Dulur Trenggalek mari kita bangun Trenggalek jadi kota Maju, Makmur dan rakyat Sejahtera, Yang Muda Yang Berkarya, Yang Tua Sebagai Penasehat, Yang Anak2 sebagai pendorong Ortunya Untuk Berkarya, Kita Pasti Biza Dulur, Majulah Trenggalek, Majulah Bangsaku... Semoga Bermanfaat sahabat dan Monggo tindak dateng Trenggalek Dulur
Kabupaten Trenggalek dengan luas
wilayah 126.140 Ha, dimana 2/3 bagian luasnya merupakan
tanah pegunungan, terbagi menjadi 14 Kecamatan dan 157 Desa. Sedangkan luas
laut 4 mil dari daratan adalah 711,17 km. Jumlah penduduk tahun 2012 sebanyak
836.778 jiwa terdiri dari 49,46 % wanita dan 50,54 % laki – laki. Jumlah
penduduk tahun 2013 sebanyak 836.778 jiwa jiwa terdiri dari 50,54 % laki-laki
dan 49.46 % wanita, dengan kepadatan penduduk 663 jiwa/ Km dan laju pertumbuhan
penduduk sebesar 2,01 %.
Jumlah rumah sakit
4, puskesmas 22, puskesmas pembantu 66, dan jumlah tenaga medis
diantaranya dokter umum 99, spesialis 28, D-III perawat 475, D-III bidan 216,
serta apoteker 69 orang. Dari sisi pendidikan tercatat jumlah fasilitas
pendidikan SD, SLTP, SLTA masing–masing sejumlah 441, 79, dan 39 buah. Artikel terkait: tempat wisata di trenggalek yang wajib anda kunjungi.. Pada kegiatan
Industri Pengolahan tercatat jumlah perusahaan sebanyak 24.054 buah dengan
nilai investasi 120,297 milyar rupiah dan nilai produksi sebesar 2.598.174
milyar rupiah. Sedangkan jumlah desa yang teraliri listrik sebanyak 157 desa
atau sudah menjangkau seluruh desa yang ada dengan pelanggan sebanyak 151.732
pelanggan.
Luas areal sawah
sebesar 12.193 Ha, tanah kering 39.535 Ha, dan perkebunan 2.538 Ha,
menghasilkan padi sawah & ladang sebesar 193.223 ton padi, 71.683 ton
jagung, 395.658 ton ubi kayu serta komoditi pertanian lainnya. Disamping itu
Kabupaten Trenggalek yang berbatasan dengan laut mempunyai 5.866 rumahtangga
nelayan, dan selama tahun 2013 menghasilkan ikan sebanyak 36.550,16 ton.
Kabupaten Trenggalek mempunyai banyak
obyek wisata, 5 diantaranya sudah diberdayakan dengan jumlah pengunjung selama tahun 2013
tercatat 502.677 orang. Sedangkan dari segi prasarana jalan tercatat panjang
jalan seluruhnya 1.051,02 Km dimana 949,93 Km merupakan jalan Kabupaten, dimana
52,34 % kondisinya baik, 24,59 % kondisi sedang, 17,14 % rusak ringan dan 5,92
% rusak berat.
Kabupaten
Trenggalek dalam era otonomi daerah mempunyai penerimaan daerah sebesar
1.206.677 (juta rupiah) dan pengeluaran daerah sebesar 1.164.834 (juta rupiah).
Pelaksanaan
pembangunan ini telah membuahkan hasil yang menggembirakan dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi tahun 2013 tercatat 6,21 % dimana sektor pertanian masih
mendominasi dalam pembentukan PDRB yaitu sebesar 37,82%, disusul sektor
perdagangan, Hotel, dan Restauran 30,28 %, sektor Jasa – jasa 14,56 %,
sedangkan sektor lainnya kurang dari 10 persen. Pendapatan Regional perkapita
secara nominal mencapai 11,56 juta rupiah. Sedangkan secara riil mencapai 5,015
juta rupiah. (Sumber: Trenggalek Dalam Angka 2014)
Prakata
Kabupaten
Trenggalek iku salah siji
kabupaten ing Jawa Timur,
kutha Trenggalek iku ibukutha kabupatene,
kota-kota liyane : —, lan liya-liyane. Luas wilayah Kabupaten iki ± 1.205,22
km² utawa — hektar.
Wong Trenggalek biyasa nyebut istilah kuwi
disingkat dadi Nggalek. Penduduke sing pomah lan sing lunga njaban tlatah
sisebut Wong Nggalek lan Cah Nggalek.
Wong Nggalek lan Cah Nggalek nduwe kebiyasaan ngowah-owahi
jeneng sing ngganggo “di” dipocap “dek” utawa “i” dadi “ek”. Kang Paidi diceluk
Paidek. Kang Sukidi diceluk Sukidek. Mas Jadi diceluk Jadek. Ora mung jeneng
nanging uga istilah. “Lagi” turu dipocap “lagek” turu. Ora mung sing nganggo “i”, isih ana maneh sing dipocap “ek”.
Contone “tuwa” dadi “tuwek”. Nanging ya ana sing ora jelas sambunganne. “Tela”
dadi “gaplek”. Mulane pantes menawa Trenggalek kuwi asal istilahe saka
Trenggali utawa Trenggalih, saka Tranggalih, saka Teranggalih, saka Terang ng
galih, saka Terang ing penggalih. Basa indonesiane Cerah di hatinya. Apa ora
kadohan ya, pangreka iku? =================================================== Trenggalek adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur,
Indonesia. Ibu kotanya ialah Kota Trenggalek. Kabupaten ini menempati wilayah
seluas 1.205,22 km² yang dihuni oleh ±700.000 jiwa. Trenggalek merupakan salah satu kabupaten yang ada di pesisir
pantai selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo sebelah utara, Kabupaten
Pacitan sebelah barat, Kabupaten Tulungagung sebelah timur dan pantai selatan. Trenggalek mempunyai banyak tempat peristirahatan dan tempat wisata yang mempunyai keindahan yang masih asli belum terubah oleh keadaan
jaman, misalnya goa, pantai, dan pegunungan yang asri. Gua yang terkenal “Gua Lowo” konon terkenal banyak kelelawarnya
di dalam gua tersebut, tak jauh dari gua ini (kurang lebih 6 km) terdapat Pantai Prigi yang indah. Kurang lebih 2 km ada pantai pasir putih dengan
pasirnya yang putih bersih. Baik di dekat pantai prigi maupun pantai pasir
putih banyak tempat penginapan. Kabupaten Trenggalek terdiri dari 14 kecamatan yaitu: Bendungan,
Dongko, Durenan, Gandusari, Kampak, Karangan, Munjungan, Panggul, Pogalan,
Pule, Suruh, Trenggalek, Tugu, Watulimo. Dulur Saksikan Video Monggo Tindak Trenggalek Turonggo Yakso By Baref KDI:
================================================= Salah satu tokoh terkenal di Trenggalek adalah Menak Sopal,
salah seorang bupati atau pengusasa Trenggalek. keterangan resmi mengenai Menak
Sopal belum banyak ditulis, akan tetapi situs berupa makam dapat dijumpai di
dusun Bagong, kelurahan Ngantru, kecamatan Trenggalek. Menak Sopal dikenal
sebagai pahlawan bagi kaum tani di Trenggalek, usahanya untuk membangun sebuah
dam atau waduk beserta saluran irigasi yang menyertainya berkembang menjadi
sebuah legenda yang mengiringi tradisi sedekah bumi yang sampai saat ini
dilaksanakan oleh kaum tani di kelurahan Ngantru pada bulan Sela. konon, saat
membangun waduk tersebut, Menak Sopal dan pengikutnya mengalami kesulitan
karena selalu saja bangunan yang membendung kali Bagong itu jebol. setelah
bertapa beberapa hari akhirnya, Menak Sopal mengetahui jika penyebab jebolnya
bangunan waduk tersebut karena ulah siluman bajul putih yang menguasai sungai
tersebut. setelah bertemu dengan siluman bajul putih, akhirnya sang siluman
bersedia untuk tidak menggangu pekerjaan besar Menak Sopal dengan meminta
tumbal seekor gajah yang berkulit putih pula. singkat cerita dengan sedikit
tipu muslihat, Menak Sopal berhasil menyediakan tumbal Gajah Putih kepada Bajul
Putih. Untuk diketahui pemilik Gajah Putih di daerah Wengker hanya ada satu
orang yaitu seorang Putri Cantik, blesteran kerajaan Singosari dan Kerajaan Kahuripan yang sedang mencari ketenangan hidup di daerah dusun Patuk (dahulu bernama dsn Krandon), desa Kerjo, Kec. Karangan, Trenggalek.. (dahulu wilayah ini desa kerjo masuk kadipaten ponorogo) Putri itu bernama "Putri Roro Krandon" yang lebih terkenal pada saat tuanya dengan nama "Mbok roro krandon" dengan segala tipu muslihat alasan meminjam untuk sesuatu alasan untuk membantu mempercepat pembangunan Dam sungai bagong, minak sopal akhirnya membawa gajah putih milik mbok roro krandon, dan kemudian di penggal kepala gajah tersebut, dan di kurbankan ke sungai bagong, akhirnya Kota trenggalek bisa di tinggali oleh manusia, setelah sebelumnya pasti kebanjiran, akhirnya setelah ditunggu lama gajah putih itu tidak kembali mbok roro krandon curiga, beliau mengutus prajurit untuk mencari tahu, kemudian mbok roro krandon pun menagih janji menak sopal, pada akhirnya terjadilah perkelahian pertarungan dasyat antara putri roro krandon dengan menak sopal, pangeran menak sopal kalah, dia berlari kesana kemari terus lewat menyelunduk masuk lewat tanah, dimana minak sopal mau muncul di atas bumi, selalu putri roro krandon udah menunggu diatasnya, akhirnya hasil dari kejar kejaran ini sekarang di trenggalek banyak sumur brumbung / terowongan air dimana mana, ada sumur brumbung juga dari trenggalek ke ponorogo, juga ada yg tembus laut selatan.. Singkat cerita setelah minak sopal perundingan dan menjelaskan kalau gajah putih milik putri roro krandon di sembelih untuk kemakmuran orang banyak, akhirnya mbok roro krandon merelakan gajah putih kesayangannya..... sampai saat ini tiap tahun di Dam sungai bagong selalu diadakan upacara pengorbanan, sekarang kepala gajah diganti dengan kepala kerbau yang dimasukan dalam dam sungai bagong...
Untuk diketahui tempat pemakaman menak sopal berada di wilayah Dam sungai bagong, Ds. Gantru - Trenggalek, sedang mbok roro krandon dimakamkan di dusun krandon - Desa Kerjo - Kecamatan Karangan - kabupaten Trenggalek ==> jalan sebelah lapangan kerjo arah ke tempat pemandian zaman belanda: "pemandian Tapan" , Tempat pemandian ini sekarang sudah tidak difungsikan lagi....
Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang terletak di bagian selatan dari wilayah Propinsi Jawa Timur. Kabupaten ini terletak pada koordinat 111º 24’ hingga 112º 11’ bujur timur dan 7º 63’ hingga 8º 34’ lintang selatan.
Luas wilayah : 1.261,40 Km²
Kabupaten Trenggalek sebagian besar terdiri dari tanah pegunungan dengan luas meliputi 2/3 bagian luas wilayah. Sedangkan sisa-nya (1/3 bagian) merupakan tanah dataran rendah. Ketinggian tanahnya diantara 0 hingga 690 meter diatas permukaan laut. Dengan luas wilayah 126.140 Ha, Kabupaten Trenggalek terbagi menjadi 14 Kecamatan da 157 desa. Hanya sekitar 4 Kecamatan yang mayoritas desanya dataran, yaitu: Kecamatan Trenggalek, Kecamatan Pogalan, Kecamatan Tugu dan Kecamatan Durenan. Sedangkan 10 Kecamatan lainnya mayoritas desanya Pegunungan. Menurut luas wilayahnya, 4 Kecamatan yang luas wilayahnya kurang dari 50,00 Km². Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Gandusari, Durenan, Suruh, dan Pogalan. Sedangkan 3 Kecamatan yang luasnya antara 50,00 Km² – 100,00 Km² adalah Kecamatan Trenggalek, Tugu, dan Karangan. Untuk 7 Kecamatan lainnya mempunyai luas diatas 100,00 Km².
Batas Wilayah Kabupaten Trenggalek
No
Bagian
Berbatas dengan
1.
Utara
Kabupaten Ponorogo dan Tulungagung
2.
Timur
Kabupaten Tulungagung
3.
Selatan
Samudra Hindia
4.
Barat
Kabupaten Ponorogo dan Pacitan
Keadaan Geologi/Struktur Tanah Kabupaten Trenggalek
No
Bagian
Jenis Tanah
1.
Utara
Andosol dan Latosol
2.
Timur
Mediteran, Grumosol dan Regosol
3.
Selatan
Alluvial
4.
Barat
Mediteran
Susunan Explorasi tanah terdiri dari lapisan lapisan tanah Andosol dan Latosol, Mediteran Grumosol dan Regosol, Alluvial dan Mediteran. Lapisan tanah Alluvial terbentang di sepanjang aliran sungai di bagian wilayah timur dan merupakan lapisan tanah yang subur, luasnya berkisar antara 10 persen hingga 15 persen dari seluruh wilayah. Pada bagian lain, yaitu bagian selatan, barat laut dan utara, tanahnya terdiri dari lapisan Mediteran yang bercampur dengan lapisan Grumosol dan Latosol. Lapisan tanah ini sifatnya kurang daya serapnya terhadap air sehingga menyebabkan lapiasan tanah ini kurang subur. Artikel terkait: tempat wisata di trenggalek yang wajib anda kunjungi..
Iklim
Lokasi Kabupaten Trenggalek berada di sekitar garis Katulistiwa, maka seperti Kabupaten-kabupaten lainnya di Jawa Timur yang mempunyai perubahan Iklim sebanyak 2 jenis setiap tahunnya yakni musim kemarau dan musim penghujan. Bulan September – April merupakan musim penghujan, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Mei–Agustus.
Keadaan Cuaca dan Curah Hujan
Data cuaca dan curah hujan menunjukkan pola musim penghujan dan musim kemarau setiap tahunnya.
Daratan dan Kecamatan
Dilihat dari susunan explorasi tanah di atas, kelihatannya akan sulit untuk mengembangkan daerah ini menjadi daerah produsen pertanian tanaman pangan. Pada tahun 2008 pengusahaan tanah untuk sawah tercatat hanya sebanyak 9,57 persen dari luas daerah. Dari apa yang telah diuraikan diatas mungkin akan lebih menguntungkan bila pengusahaan tanah lebih dikembangkan untuk usaha-usaha lain yang bukan pertanian tanaman pangan saja, misalnya tanaman perkebunan (cengkeh, kopi, dll), tanaman keras dan hortikultura (durian, mangga, dll).
Hal ini mengingat kondisi tanah yang banyak mengandung berbagai ragam barang galian yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan. Dilihat dari penggunaan tanah di wilayah Kabupaten Trenggalek, terlihat paling banyak adalah Hutan Negara yaitu 48,31 persen dari wilayah Kabupaten. Sebagian dari wilayah hutan tersebut terdapat lahan kritis. Selain itu terdapat hutan rakyat dengan luas 16.607,5 Ha. dengan produksinya antara lain sengon, akasia, mahoni, jati, dll, dengan produksi kayu bulat dan kayu bakar.
Gunung dan Sungai
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi tingkat kesuburan tanah adalah banyaknya gunung berapi yang masih aktif serta aliran sungai yang cukup besar. Gunung berapi dan sungai yang lebar berfungsi sebagai sarana penyebaran zat-zat hara yang terkandung dalam material hasil letusan gunung berapi. Kabupaten Trenggalek tidak mempunyai gunung berapi yang masih aktif, yang ada hanya gunung-gunung kecil yang tidak aktif dan lebih mirip disebut perbukitan. Dari gunung-gunung kecil tersebut banyak terkandung bahan tambang, misalnya marmer, mangan, kaolin, dan lainlain. Sedangkan sungai di Kabupaten Trenggalek terdiri atas 28 sungai dengan panjang antara 2,00 Km hingga 41,50 Km. Adapun sumber air yang tercatat sejumlah 361 mata air yang tersebar di masing-masing kecamatan dan sebagian besar sudah dimanfaatkan. Semoga bermanfaat dan Silahkan Tonton Video Monggo Tindak Trenggalek Dulur Turonggo Yakso (Baref KDI):
Dari berbagai sumber yang dapat
dikumpulkan, kawasan Trenggalek telah dihuni selama ribuan tahun, sejak jaman
pra-sejarah, dibuktikan dengan ditemukannya artifak jaman batu besar seperti :
Menhir, Mortar, Batu Saji, Batu Dakon, Palinggih Batu, Lumpang Batu dan
lain-lain yang tersebar di daerah-daerah yang terpisah.
Prasasti
Kamulan
Sebelum ditemukan sumber
yang bersifat tertulis maka daerah itu mengalami masa prasejarah. Sedangkan di
Trenggalek jaman sejarah akan ditandai dengan adanya prasasti yang pertama
kalinya muncul berbentuk Prasati Kampak atau dikenal dengan namanya Perdikan
Kampak. Pada jaman Prasejarah, Trenggalek telah dihuni oleh manusia dengan
bukti ditemu kannya benda-benda yang merupakan hasil jaman Nirloka. Dari
hasil penelitian serta lokasi benda benda prasejarah tadi dapatlah
direkontruksikan, perjalanan manusia-manusia pemula di daerah Trenggalek itu diketahui jejak
nenek moyang yang tersebar dari Pacitan menuju ke Wajak Tulungagung dalam
beberapa jalur, yaitu :
1.Dari Pacitan menuju Wajak melalui Panggul, Dongko, Pule,
Karangan dan menyusuri sungai Ngasinan menuju Wajak Tulungagung;
2.Dari Pacitan menuju Wajak melalui Ngerdani, Kampak, Gandusari
dan menuju Wajak Tulungagung;
3.Dari Pacitan menuju Wajak dengan menyusuri Pantai Selatan
Panggul, Munjungan, Prigi dan akhirnya menuju ke Wajak Tulungagung.
Menurut HR VAN KEERKEREN, Homo
Wajakensis (manusia purba wajak) (mencari-jejak-manusia-wajak.html) hidup pada
masa plestosinatas, sedangkan peninggalan-peninggalan manusia purba Pacitan
berkisar antara 8.000 hingga 23.000 tahun yang lalu. Sehingga, disimpulkan
bahwa pada jaman itulah Kabupaten Trenggalek dihuni oleh manusia.
Walaupun banyak ditemukan
peninggalan manusia purba, untuk menentukan kapan Kabupaten Trenggalek
terbentuk belum cukup kuat karena artifak-artifak tersebut tidak ditemukan
tulisan. Baru setelah ditemukannya prasasti Kamsyaka atau tahun 929 M, dapat
diketahui bahwa Trenggalek pada masa itu sudah memiliki daerah-daerah yang
mendapat hak otonomi / swatantra, diantaranya Perdikan Kampak berbatasan dengan
Samudra Indonesia di sebelah Selatan yang pada waktu itu wilayahnya meliputi
Panggul, Munjungan dan Prigi. Disamping itu, disinggung pula daerah Dawuhan
dimana saat ini daerah Dawuhan tersebut juga termasuk wilayah Kabupaten
Trenggalek. Pada jaman itu tulisan juga sudah mulai dikenal. Artikel terkait: tempat wisata di trenggalek yang wajib anda kunjungi..
Setelah ditemukannya Prasasti
Kamulan yang dibuat oleh Raja Sri Sarweswara Triwi-kramataranindita Srengga
Lancana Dikwijayatunggadewa atau lebih dikenal dengan sebutan Kertajaya (Raja
Kediri) yang juga bertuliskan hari, tanggal, bulan, dan tahun pembuatannya,
maka Panitia Penggali Sejarah menyimpulkan bahwa hari, tanggal, bulan dan tahun
pada prasasti tersebut adalah Hari Jadi Kabupaten Trenggalek.
Video Profil Trenggalek Berteman Hati:
Sejarah Singkat Pemerintahan :
Seperti halnya daerah-daerah
lain, di jaman itu Kabupaten Trenggalek juga pernah mengalami perubahan wilayah
kerja. Beberapa catatan tentang perubahan tersebut adalah sebagai berikut :
1.Dengan adanya Perjanjian Gianti tahun 1755, Kerajaan Mataram
terpecah menjadi dua, yaitu Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.
Wilayah Kabupaten Trenggalek seperti didalam bentuknya yang sekarang ini,
kecuali Panggul dan Munjungan, masuk ke dalam wilayah kekuasaan Bupati Ponorogo
yang berada di bawah kekuasaan Kasunanan surakarta. Sedangkan Panggul dan
Munjungan masuk wilayah kekuasaan Bupati Pacitan yang berada di bawah kekuasaan
Kasultanan Yogyakarta.
2.Pada tahun 1812, dengan berkuasanya Inggris di Pulau Jawa
(Periode Raffles 1812-1816) Pacitan (termasuk didalamnya Panggul dan Munjungan)
berada di bawah kekuasaan Inggris dan pada tahun 1916 dengan berkuasanya lagi
Belanda di Pulau Jawa, Pacitan diserahkan oleh Inggris kepada Belanda termasuk
juga Panggul dan Munjungan.
3.Pada tahun 1830 setelah selesainya perang Diponegoro, wilayah
Kabupaten Trenggalek, tidak termasuk Panggul dan Munjungan, yang semula berada
dalam wilayah kekuasaan Bupati ponorogo dan Kasunanan Surakarta masuk di bawah
kekuasaan Belanda. Dan, pada jaman itulah Kabupaten Trenggalek termasuk Panggul
dan Munjungan memperoleh bentuknya yang nyata sebagai wilayah administrasi
pemerintahan Kabupaten versi Pemerintah Hindia Belanda sampai disaat
dihapuskannya pada tahun 1923.Alasan atau pertimbangan dihapuskannya Kabupaten
Trenggalek dari administrasi Pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu secara
pasti tidak dapat diketahui. Namun diperkirakan mungkin secara ekonomi
Trenggalek tidak menguntungkan bagi kepentingan pemerintah kolonial
Belanda.Wilayahnya dipecah menjadi dua bagian, yakni wilayah kerja Pembantu
Bupati di Panggul masuk Kabupaten Pacitan dan selebihnya wilayah pembantu
Bupati Trenggalek, sedangkan Karangan dan Kampak masuk wilayah Kabupaten
Tulungagung sampai dengan pertengahan tahun 1950.
4.Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950, Trenggalek
menemukan bentuknya kembali sebagai suatu daerah Kabupaten di dalam Tata
Administrasi Pemerintah Republik Indonesia. Saat yang bersejarah itu tepatnya
jatuh pada seorang Pimpinan Pemerintahan (acting Bupati) dan seterusnya
berlangsung hingga sekarang.Seorang Bupati pada masa Pemerintahan Hindia
Belanda yang terkenal sangat berwibawa dan arif bijaksana adalah MANGOEN NEGORO
II yang terkenal dengan sebutan KANJENG JIMAT yang makamnya terletak di Desa
Ngulankulon Kecamatan Pogalan. Dan untuk menghormati Beliau, nama "KANJENG
JIMAT" diabadikan sebagai salah satu jalan di Kabupaten Trenggalek.
Demikian rekontruksi perjalanan manusia – manusia pra sejarah
yang berlangsung bolak balik antara Pacitan dengan Wajak. Jalur-jalur
perjalanan tersebut dapat dibuktikan dengan ditemukannya artefak jaman batu
besar seperti, menir, mortar, batu saji, batu dakon, palinggih batu, lumpang
batu dan sebagainya. Yang kesemuanya benda benda tadi tersebar didaerah daerah
bekas jalur jalur lalu lintas mereka itu. HR VAN HEEKEREN menyatakan bahwa
homowajakensis (manusia purba wajak) hidup pada masa Plestosin atas, sedangkan
peninggalan Pacitan berkisar antara 8.000 sampai 35.000 tahun yang
lalu.Akibatnya masa megaliticum atau masa neoliticum itulah yang meliputi
daerah Trenggalek purba. Satu hal yang perlu dicatat disini bahwa manusia –
manusia Trenggalek pada waktu itu dapat direkontruksikan lebih tua jika
dibandingkan manusia wajak dan lebih muda dibanding dengan manusia – manusia
Sampung Ponorogo.
Mengingat masa itu masyarakat sudah mengenal pertanian, maka
dari segi sosial, masyarakat tadi sudah mengenal struktur atau stratifikasi
sosial walaupun dalam bentuk sangat sederhana. Sedangkan masalah perekonomian
dan kebudayaan telah pula mereka kenal dan mereka anut serta dikerjakan oleh
masyarakat pendukungnya. Berakhirnya masa prasejarah berarti mulainya masa
sejarah dimana tulisan mulai dikenal pada saat itu. Untuk itu Perdikan Kampak
merupakan tonggak sejarah Kabupaten Trenggalek yang tak dapat diabaikan.
Lahirnya perdikan kampak ditandai dengan adanya prasasti kampak yang dibuat
oleh Raja Sindok pada tahun 851 syaka atau 929 Masehi. Dari prasati itu dapat
diketahui bahwa Trenggalek pada masa itu sudah memiliki daerah daerah yang
mendapatkan hak otonomi atau swantara lebih jelas lagi diketengahkan bahwa
Perdikan Kampak berbatasan dengan mahasamudera (Samudera Indonesia ) disebelah
selatan yang pada waktu itu wilayahnya meliputi Panggul, Munjungan dan Prigi.
Selanjutnya disinggung pula daerah Dawuhan yang sekarang daerah ini juga masih
dapat dijumpai di Trenggalek. Setelah masa Mpu Sindok dengan melalui masa Raja
Dharmawangsa lahirlah di Jawa Timur kerajaan Kahuripan yang diperintah oleh
Raja Airlangga. Hanya sayangnya pada masa ini tidak banyak diketahui
kesejarahannya, dikarenakan tidak ditemuinya data atau mungkin belum ditemukannya
data tentang masa tersebut.
Namun tidak bisa disangkal bahwa wilayah Trenggalek termasuk
dalam kawasan Kahuripan yang kemudian berkesinambungan menjadi wilayah kerajaan
Kediri. Dari jaman Kediri hanya ada beberapa hal yang dapat dicatat, utamanya
pada masa ini munculnya prasasti Kamulan yang terletak di Desa Kamulan
Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek.
Bertolak dari prasasti Kamulan dapatlah diajukan suatu masa
lahirnya Perdikan Kamulan. Di dalam prasasti Kamulan dicantumkan tahun
pembuatannya yaitu tahun 1116 caka atau tahun 1194 masehi. Prasasti tadi
dikeluarkan oleh Raja Sarweswara Trikramawataranindita Srngga
Lancana Dikwijayotunggadewa atau biasa dikenal dengan nama
Kertajaya. Raja inilah yang berhasil mengusir musuh musuhnya dari daerah Katang
– katang berkat bantuan rakyat Kamulan.
Berdasarkan atas prasasti inilah ditetapkan “Hari jadi Kabupaten
Trenggalek pada hari” Rabu Kliwon “tanggal 31 bulan Agustus tahun 1194. Hari
dan tanggal tersebut dijadikan hari jadi atau hari lahirnya Kabupaten
Trenggalek berdasarkan data sejarah yang ditemui di Trenggalek, antara lain :
•
Pertama : Prasejarah daerah Trenggalek menunjukkan bahwa daerah itu telah
dihuni manusia, tetapi jaman ini bersifat masih nisbi sekali.
• Kedua
: Prasasti Kampak tidak jelas hari dan tanggalnya kapan Prasati itu
dilaksanakan isinya.
•
Ketiga : Hanya Prasasti Kamulan yang memiliki informasi cukup lengkapsehingga
mampulah prasastiKamulan dijadikan tonggak sejarah lahirnya Kabupaten
Trenggalek secara analitis, historis, yuridis formalyang dapat dipertanggung
jawabkan.
Masa Perdikan
Dalam masa perdikan ini
dapat dikelompokkan dua liputan yakni :
a. Masa Perdikan Hindu.
b. Masa Perdikan Islam.
Pada masa perdikan Hindu
ditemui puing – puing percandian di daerah Trenggalek serta beberapa benda –
benda purbakala Hindu. Antara lain beberapa monogram seperti monogram 1330 caka
atau 1408 Masehi yang terpahatkan dalam punggung arca wanita yang ditemukan di
Dompyong. Arca Bhima yang ditemukan di Dukuh Ngreco desa Parakan dan kini
dimuka Pendopo Kabupaten serta Arcadwarapala yang ditemukan dikaki Gunung Kambe
Desa Watulimo. Penemuan tadi merupakan koleksi benda purba yang diidentifikasi
pada jaman Majapahit akhir pembuatannya. Jadi jelas padamasa perdikan hindu ini
Trenggalek mengalami masa Kediri sampai dengan Majapahit. Bukti lain yang
memperkuat pendapat ini yaitu dengan ditemukannya ambang pintu candi dan sebuah
yoni yang digali dari Desa Sukorame Kecamatan Gandusari. Disekitar pondok
pesantren Hidayatul Tholab-pun banyak dijumpai puing puing percandian dan arca
arca, antara lainnya dua buah kepala kala, arca ganesya dan balok – balok batu
berkas percandian. Malahan dapat diperkirakan dengan jelas bahwa prasasti
Kamulanpun dipendam didaerah ini. Setelah masa perdikan Hindu, datang dan
berkembang Agama Islam yang menyebabkan banyak sekali perdikan perdikan Hindu
yang langsung dijadikan Perdikan Islam.
Sayang sekali mengenai
jaman Islam awal ini di Trenggalek tidak ditemui informasi yang memadai.
Meskipun demikian satu hal yang tak dapat dilupakan bahwa Menak Sopal perlu
diangkat sebagai figur sejarah pemula penyebar Agama Islam di Trenggalek, yang
banyak perhatiannya dalam bidang pertanian. Ternyata pada peninggalan kompleks
makam Bagong yang sampai kini diyakini dan dipercayai masyarakat Trenggalek
tentang pembuatan Dam Bagong oleh Menak Sopal, terdapat suatu bukti – bukti
yang berupa makam Menak Sopal dan istrinya yang tergores pada nisannya sebuah
candra sangkala. Candra Sangkala tadi berbunyi “Sirnaning Puspita Cinatur
Wulan”, dengan arti sirna merupakan ungkapan dari makam, dan merupakan tempat
orang meninggal maka bernilai 0 (nol). Sedangkan bunga bernilai 9 (sembilan)
dan karena bunga ini berdaun mahkota empat menimbulkan kata cinatur yang
nilainya 4 (empat), candra yang berarti bulan bernilai 1( satu), akibatnya
angka tahun itu bila dibaca dari belakang ialah 1490 caka atau 1568 Masehi.
Data tersebut mnunjukkan bahwa masuknya agama islam di Trenggalek sekitar abad
XVI, pada waktu kerajaan pajang diperintah oleh Sultan Hadiwijaya. Bagaimana
keadaan Trenggalek pada masa Perdikan Islam ini kurang dapat dipaparkan, seolah
olah masa itu masih tertutup oleh tabir misteri yang perlu dikuakkan pada masa
– masa yang akan datang.
Trenggalek awal lalu
digabungkan
Sejarah Kabupaten
Trenggalek memang unik, hal ini tercermin dalam periodisasinya yang pernah
mengalami masa penggabungan. Periode Trenggalek awal yang mengetengahkan
perkembangan dinamika Poleksosbud Trenggalek + 1830 M sampai 1932 yang
dilanjutkan dengan masa Trenggalek digabungkan yang meliputi awal Proklamasi
sampai Revolusi Fisik.
Trenggalek Awal
Yang dimaksud dengan
Trenggalek awal ialah masa dimana patut dibedakan pemerintahan timbul tenggelam
yang mengemudikan Kabupaten Trenggalek. Peristiwa sebelum 1830 yang
menggoncangkan pulau jawa adalah peristiwa pembunuhan penduduk Cina di Batavia
secara besar-besaran yang dilaksanakan oleh VOC pada tanggal 10 Oktober 1940
yang dikenal dengan nama perang Pacino atau geger Pacinan. Akibatnya Mas
Garendi yang bergelar Sunan Kuning membantu penduduk cina dan mengadakan
pemberontakan menyerang Kartasura pada 30 Juni 1742. Akibat dari pemberontakan
ini Sultan Paku Buwana II terpaksa melarikan diri ke Ponorogo.
Dengan bantuan Bupati
Mertodiningrat dari Ponorogo Sunan Paku Buwana II berhasil menumpas
pemberontakan Mas Garendi mengakibatkan putra Bupati Mertodiningrat diangkat
sebagai Bupati Trenggalek yang pertama pada tahun 1743. Bupati Trenggalek
pertama inilah yang bernama Sumotruno.
Bupati Sumotruno
digantikan oleh saudaranya sendiri Bupati Jayanegara yang merangkap penguasa
tunggal di Sawo Ponorogo. Waktu perang Mangkubumen, penguasa Trenggalek adalah
Ngabei Surengrana yang pada awalnya membantu Mas Said kemudian berganti haluan
menggabungkan diri dan mengikuti jejak Sultan Hamengkubuwana I. Pada akhir
peperangan Mangkubumen yang mencetuskan perjanjian Giyanti pada 13 Pebruari
1755 mengakibatkan Trenggalek dibagi menjadi dua bagian,
Bagian Timur termasuk
wilayah Ngrawa dan bagian barat dan selatan termasuk Kabupaten Pacitan. Hal ini
dapat dibuktikan dengan ditemukannya tugu perbatasan dari batu yang terdapat
didesa gayam Kecamatan Panggul. Baru pada tahun 1830 setelah Perang Diponegaran
selesai, daerah Trenggalek langsung menjadi milik Belanda. Susunan tata
pemerintahan pada waktu itu tidak banyak diketahui hanya dapat diperkirakan
kalau tidak terlampau jauh bedanya dengan daerah – daerah wilayah Kerajaan
Mataram yang lain.
Pada tahun 1942 Bupati
Trenggalek Raden Tumenggung Mangkunagoro meninggal dan digantikan oleh Raden
Tumenggung Aryakusuma Adinoto yang sejak awalnya menjabat sebagai Bupati
Besuki. Raden Tumenggung Aryakusuma Adinoto pada tahun 1943 dipindahkan ke
berbek daerah Nganjuk, sehingga jabatan Bupati Trenggalek masa ini lowong.
Untuk mengisi kekosongan ini diangkatlah Raden Ngabei Joyopuspo yang pada
awalnya menjabat sebagai patih Trenggalek menjadi Bupati Trenggalek dengan
Raden Tumenggung Pusponagoro. Tidak selang lama Raden Tumenggung Pusponagoro
wafat, sebagai gantinya diangkatlah wedono Tulungagung, Raden Gondokusumo
menantu Bupati Tulungagung sebagai Bupati Trenggalek dengan gelar Tumenggung
Sumoadiningrat pada tahun 1845 M.
Trenggalek Digabungkan
Sejak tahun 1926 telah
diadakan perubahan pemerintahan oleh pihak Belanda. Perubahan ini di Trenggalek
dilaksanakan pada tahun 1935, sejak saat ini Trenggalek digabungkan, sebagian
daerahnya dimasukkan Kabupaten Tulungagung dan sebagian lainnya dimasukkan
Kabupaten Pacitan. Akibatnya hal ini sama dengan pada masa sebelum Kabupaten
Trenggalek awal.
Penggabungan ini
menyebabkan Trenggalek kurang mendapat perhatian. Dengan demikian keadaan
Trenggalek tidak dapat dicatat. Trenggalek pada masa revolusi fisik ditandai
dengan masuknya daerah ini kedalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Berita
masuknya Trenggalekkedalam negara kesatuan Republik Indonesia meskipun secara
tidak resmi telah terdengar secara lisan dan tersebar serta didengar oleh
seluruh penduduk desa – desa Trenggalek.
Dalam masa ini Trenggalek
juga mendapat perhatian dari pembesar pembesar negara antara lain :
Menteri Agama Kyai Haji
Masjkur yang didampingi oleh Mr. Sunaryo sebagai sekjen Depag.Datang pula
Menteri Dalam Negeri Drs. Susanto Tirtoprodjo,SH serta Menteri Negara dr,
Sukiman Wiryosandjojo yang sampai didaerah Trenggalek dengan jalan kaki.
Panglima Besar Jendral
Sudirmanpun pernah dua kali mengunjungi Trenggalek. Kunjungannya yang terakhir
pada tanggal 24 januari 1949 menuju desa Nglongsor.
Sekitar Konferansi Meja
Bundar yang membuahkan Pemerintah Republik Indonesia Serikat imbasnya terasa
pula di Trenggalek. Hal ini dapat diketahui dengan adanya serah terima
kekuasaan yang dilakukan Mukardi, R. Roestamadji dan Sukarlan dari pihak RI di
Trenggalek dengan Mayor Cronn dan Karis Sumadi sebagai wakil pihak Belanda.
Dengan demikian selesailah masa penggabungan di Trenggalek yang dipenuhi oleh
peristiwa peristiwa duka dan lara. Namun berkat nama Tuhan Yang Maha Esa fajar
telah menyingsing dan Trenggalek mengalami masa cemerlang serta masa
pembangunan demi tercapainya Keagungan Bangsa dan Negara.
Trenggalek Wibawa
Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945 menjunjung seluruh wilayah Indonesia menjadi wilayah yang merdeka
dalam kesatuan dan persatuan dengan Negara Republik Indonesia. Secara formal
Kabupaten Trenggalek timbul kembali berdasarkan SK. Presiden tahun 1950 Nomor
20 yang ditandai oleh Presiden saat sebagai Presiden RI yang termasuk dalam
Negara Republik Indonesia Serikat.
Perjalanan roda sejarah
tidak pernah henti akibatnya Trenggalekpun mengalami Pemerintahan Orde Lama dan
Trenggalek wibawa dalam pembangunan. Dari Undang – Undang Nomor 20 tahun 1950
dapat diketahui bahwa Trenggalek dinyatakan sebagai Kabupaten yang terdiri dari
Kawedanan Trenggalek, Kampak, Karangan dan Panggul. Pada awalnya Notosugito
Patih Tulungagung diangkat sebagai Bupati Trenggalek.
Sesudah Notosugito
Trenggalek diperintah Oleh R.Lantip sebagai acting Bupati di Trenggalek sejak
tanggal 8 Agustus 1950 sampai 27 Desember 1950 yang pada saat itu sudah
terbentuk DPRS, untuk pertama kalinya jabatan ketua dipegang oleh R. Oetomo.
Semenjak tanggal 27 Desember 1950 Muprapto menduduki kursi Bupati Kabupaten
Trenggalek yang berakhir pada tanggal 21 januari 1958. penggantinya R. Abdul
Karimdiposastro memerintah sejak tanggal 1 Desember 1958 sampai dengan 1 Juni
1960.
Bupati R. Abdul
Karimdiposastro didampingi oleh R. Supangatprawironoto selaku Kepala Daerah
Trenggalek. Masa orde lama diakhiri dengan masa pemerintahan Bupati
Budikuntjahjo yang diamankan oleh Negara karena tersangkut peristiwa G 30
S/PKI.
Demikianlah beberapa
peristiwa yang dapat dicatat dalam masa Orde Lama.Antara tanggal 1 oktober 1945
sampai 31 januari 1967 Kabupaten Trenggalek diperintah oleh Bupati Hardjito
yang merupakan perintis Orde Baru didaerah Trenggalek. Pada tahun 1967 Bupati
Muladi menggantikan Bupati Hardjito, saying sekali Bupati Muladi hanya
memerintah antara tanggal 1 pebruari 1967 sampai 1 oktober 1968.
Semenjak tahun 1967
Trenggalek dipimpin oleh Bupati Sutran yang gigih berusaha memotivitir penduduk
Trenggalek agar lebih giat melipat gandakan produksi pertanian
Wasana Kata
Dalam mengikuti peristiwa
perjalanan hidup manusia – manusia Trenggalek yang terkait dalam putaran roda
sejarah Kabupaten Trenggalek maka kini sampailah pada wasana kata yang akan
mengakhiri Kitab Petunjuk Singkat Sejarah Kabupaten Trenggalek ini. Dari hasil
penelitian, penelusuran, pengolahan dan penyusunan Kabupaten Trenggalek
dapatlah kini disimpulkan bahwa :
1. Trenggalek telah dihuni oleh manusia – manusia purba sebagai
nenek moyang sejak jaman Prasejarah.
2. Jaman Prasejarah diakhiri pada tahun 851 caka atau 929 Masehi
dengan diketemukannya Prasasti Kampak yang melahirkan Perdikan Kampak. Sebagai
anugrah Simaparasima dari Raja Pu Sindok Isyana Tunggadewa sebagai hadiah pada
masyarakat Trenggalek.
3. Perdikan Kampak disusul dengan timbul dan memantabnya
Perdikan Kamulan yang lahir pada tanggal 31 Agustus 1194 dengan demikian secara
yuridis formal Kabupaten Trenggalek lahir pada tanggal 31 Agustus 1194 hari
Rabu Kliwon.
4. Keadaan geeografis Trenggalek memiliki beberapa keistimewaan
yang tak dimiliki oleh daerah lain, sehingga meelahirkan goresan sejarah yang
berbeda pula dengan daerah lain. Akibatnya daerah ini selalu menjadi “terugval
basis”. Karena itu tepat sekali bila daerah ini bernama “TRNG GALE” yang
kemudian karena perubahan gejala bahasa maka menjadi “TRENGGALEK”.
Dengan demikian patutlah
bila terjilma cita cita Trenggalek Wibawa yang tak kenal mundur untuk terus
membangun. Hal ini jelas terungkap dalam sirat dan suratan Lambang Trenggalek
yang berbunyi : “JWALITA PRAJA KARANA”. Karena itu sebagai doa dan harapan yang
mengakhiri Kitab Kecil ini tercetus sasanti : “Jaya Wijayagung Mandraguna
Trenggalek Jayati”.
Sejarah Trenggalek dan
Pemerintahannya.
Berdasar pada Kitab Babon
Sejarah Trenggalek, Kabupaten Trenggalek telah dihuni manusia sejak ribuan
tahun yang lalu, yaitu pada jaman pra-sejarah. Hal itu dapat dibuktikan dengan
telah ditemukannya artifak-artifak jaman batu besar seperti: Menhir, Mortar,
Batu Saji, Batu Dakon, Palinggih Batu, Lumpang Batu dan lain-lain. Benda-benda
tersebut tersebar di daerah-daerah yang terpisah yang dimungkinkan di daerah
tersebut adalah jalur perjalanan manusia Pemula. Berdasar data tersebut
disimpulkan bahwa, perjalanan manusia Pemula berasal dari Pacitan menuju ke
Wajak Tulungagung dengan melalui jalur:
• Dari Pacitan menuju Wajak melalui Panggul, Dongko, Pule,
Karangan dan menyusuri sungai Ngasinan menuju Wajak Tulungagung.
• Dari Pacitan menuju Wajak melalui Ngerdani, Kampak, Gandusari
dan menuju Wajak Tulungagung.
• Dari Pacitan menuju Wajak dengan menyusuri Pantai Selatan
Panggul, Munjungan, Prigi, dan akhirnya menuju ke Wajak Tulungagung.
Menurut HR VAN KEERKEREN,
Homo Wajakensis (manusia purba wajak) hidup pada masa plestosinatas, sedangkan
peninggalan-peninggalan manusia purba Pacitan berkisar antara 8.000 hingga
23.000 tahun yang lalu. Sehingga, disimpulkan bahwa pada jaman itulah Kabupaten
Trenggalek dihuni oleh manusia.
Walaupun banyak ditemukan
peninggalan manusia purba, untuk menentukan kapan Kabupaten Trenggalek
terbentuk belum cukup kuat karena artifak-artifak tersebut tidak ditemukan
tulisan. Baru setelah ditemukannya prasasti Kamsyaka atau tahun 929 Masehi, dapat
diketahui bahwa Trenggalek pada masa itu sudah memiliki daerah-daerah yang
mendapat hak otonomi / swatantra, diantaranya Perdikan Kampak berbatasan dengan
Samudra Indonesia di sebelah Selatan yang pada waktu itu wilayahnya meliputi
Panggul, Munjungan dan Prigi. Disamping itu, disinggung pula daerah Dawuhan
dimana saat ini daerah Dawuhan tersebut juga termasuk wilayah Kabupaten
Trenggalek. Pada jaman itu tulisan juga sudah mulai dikenal.
Setelah ditemukannya
Prasasti Kamulan yang dibuat oleh Raja Sri Sarweswara Triwikramataranindita
Srengga Lancana Dikwijayatunggadewa atau lebih dikenal dengan sebutan Kertajaya
(Raja Kediri) yang juga bertuliskan hari, tanggal, bulan, dan tahun
pembuatannya, maka Panitia Penggali Sejarah menyimpulkan bahwa hari, tanggal, bulan,
dan tahun pada prasasti tersebut adalah Hari Jadi Kabupaten Trenggalek.
Sejarah Singkat Pemerintahan
Seperti halnya
daerah-daerah lain, di jaman itu Kabupaten Trenggalek juga pernah mengalami
perubahan wilayah kerja. Beberapa catatan tentang perubahan tersebut adalah
sebagai berikut:
• Dengan adanya
Perjanjian Gianti tahun 1755, Kerajaan Mataram terpecah menjadi dua, yaitu
Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Wilayah Kabupaten Trenggalek
seperti didalam bentuknya yang sekarang ini, kecuali Panggul dan Munjungan,
masuk ke dalam wilayah kekuasaan Bupati Ponorogo yang berada di bawah kekuasaan
Kasunanan Surakarta. Sedangkan Panggul dan Munjungan masuk wilayah kekuasaan
Bupati Pacitan yang berada di bawah kekuasaan Kasultanan Yogyakarta.
• Pada tahun 1812, dengan
berkuasanya Inggris di Pulau Jawa (Periode Raffles 1812-1816) Pacitan (termasuk
didalamnya Panggul dan Munjungan) berada di bawah kekuasaan Inggris dan pada
tahun 1916 dengan berkuasanya lagi Belanda di Pulau Jawa, Pacitan diserahkan oleh
Inggris kepada Belanda termasuk juga Panggul dan Munjungan.
• Pada tahun 1830 setelah
selesainya perang Diponegoro, wilayah Kabupaten Trenggalek, tidak termasuk
Panggul dan Munjungan, yang semula berada dalam wilayah kekuasaan Bupati
ponorogo dan Kasunanan Surakarta masuk di bawah kekuasaan Belanda. Dan, pada
jaman itulah Kabupaten Trenggalek termasuk Panggul dan Munjungan memperoleh
bentuknya yang nyata sebagai wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten versi
Pemerintah Hindia Belanda sampai disaat dihapuskannya pada tahun 1923.
Alasan atau pertimbangan
dihapuskannyaKabupaten Trenggalek dari administrasi Pemerintah Hindia Belanda
pada waktu itu secara pasti tidak dapat diketahui. Namun diperkirakan mungkin
secara ekonomi Trenggalek tidak menguntungkan bagi kepentingan pemerintah
kolonial Belanda.
Wilayahnya dipecah
menjadi dua bagian, yakni wilayah kerja Pembantu Bupati di Panggul masuk
Kabupaten Pacitan dan selebihnya wilayah Pembantu Bupati Trenggalek, Karangan
dan Kampak masuk wilayah Kabupaten Tulungagung sampai dengan pertengahan tahun
1950.
Dengan terbitnya
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950, Trenggalek menemukan bentuknya kembali
sebagai suatu daerah Kabupaten di dalam Tata Administrasi Pemerintah Republik
Indonesia.
Saat yang bersejarah itu
tepatnya jatuh pada seorang Pimpinan Pemerintahan (acting Bupati) dan
seterusnya berlangsung hingga sekarang. Seorang Bupati pada masa Pemerintahan
Hindia Belanda yang terkenal sangat berwibawa dan arif bijaksana adalah MANGOEN
NEGORO II yang terkenal dengan sebutan KANJENG JIMAT yang makamnya terletak di
Desa Ngulankulon Kecamatan Pogalan.
Menurut bukti
administrasi yang ada di Bagian Pemerintahan Kabupaten Trenggalek, nama-nama
Bupati yang pernah menjabat di Kabupaten Trenggalek adalah:
• Jaman Trenggalek Awal
1. Sumotruno (menjabat tahun 1793)
2. Djojonagoro (menjabat tahun …)
3. Mangoen Dirono (menjabat tahun …)
4. Mangoen Negoro I (menjabat tahun 1830)
5. Mangoen Negoro II (menjabat tahun … – 1842)
6. Arjokusumo Adinoto (menjabat tahun 1842 – 1843)
7. Puspo Nagoro (menjabat tahun 1843 – 1845)
8. Sumodiningrat (menjabat tahun 1845 – 1850)
9. Mangoen Diredjo (menjabat tahun 1850 – 1894)
10. Widjojo Koesoemo (menjabat tahun 1894 – 1905)
11. Poerba Nagoro (menjabat tahun 1906 – 1932)
• Jaman Trenggalek
Manunggal.
Dengan manunggalnya kembali wilayah Pembantu Bupati di
Panggul dengan wilayah Pembantu Bupati di Trenggalek, Karangan dan Kampak, maka
pada jaman itu Trenggalek merupakan daerah Administrasi dalam arti mempunyai
wilayah kekuasaan sendiri dan tidak bergabung dengan daerah Kabupaten lainnya.
Adapun Bupati yang pernah menjabat pada masa itu hingga sekarang adalah:
1. Noto Soegito (menjabat tahun 1950)
2. R. Latif (menjabat tahun 1950)
3. Muprapto (menjabat tahun 1950 – 1958)
4. Abdul Karim Dipo Sastro (menjabat tahun 1958 – 1960)