Kumpulan
Tips dan Trik Tata Cara Sholat Fardu dan Sholat Sunnah
Sholat merupakan sebuah Media (ritual)
berkomunikasi antara Kita Mahluk dengan Sang Pencipta Allah SWT, yang kuasa
atas segala sesuatu, yang mana kekuasaan Tuhan, Laksana kuasanya Matahari Menyinari
seluruh alam semesta yg begitu luas tanpa tepi.... "Innalilahi wa
inailaihi rojiqun" Sesungguhnya kita ini semua mahkluk ciptaan dan suatu
saat pasti kita semua akan kembali kepada yg mencipta alam semesta ini pertama
kalinya..
Manfaat Dimensi Shalat dalam Sendi Kehidupan Manusia -
KokoLinds.Com
Secara etimologi,
kata sholat menurut para pakar bahasa adalah bermakna doa. Shalat dengan makna
doa tersirat di dalam salah satu ayat al-Qur;an: “Dan shalatlah (mendo’alah)
untuk mereka. Sesungguhnya shalat (do’a) kamu itu ketenteraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.(QS. At-Taubah:
103)
Dalam ayat ini,
shalat yang dimaksud sama sekalibukan dalam makna kewajiban mendirikan
shalat yang lima waktu, melainkan dalam makna bahasanya secara asli yaitu
berdoa. Shalat diartikan dengan doa, karena pada hakikatnya shalat adalah suatu
hubungan vertikal antara hamba dengan Tuhannya, sebagaimana sabda Nabi
SAW: “Sesungguhnya hamba, apabila ia berdiri untuk melaksanakan shalat,
tidak lain ia berbisik pada Tuhannya. Maka hendaklah masing-masing di antara
kalian memperhatikan kepada siapa dia berbisik”.
Adapun secara
terminologi, shalat adalah sebuah ibadah yang terdiri dari beberapa ucapan dan
gerakan yang sudah ditentukan aturannya yang dimulai dengan takbiratul ihram
dan diakhiri dengan salam. Lebih jauh, definisi ini merupakan hasil rumusan
dari apa yang disabdakan Nabi SAW:“Shalatlah kalian, sebagaimana
kalian melihat aku shalat”. Dengan demikian, dasar pelaksanaan
shalat adalah shalat sebagaimana yang sudah dicontohkan Nabi SAW mulai bacaan
hingga berbagai gerakan di dalamnya, sehingga tidak ada modifikasi dan inovasi
dalam praktik shalat.
Ada banyak sekali
perintah untuk menegakkan shalat di dalam Al-Quran. Paling tidak tercatat ada
12 perintah dalam Al-Quran dengan lafaz “Aqiimush-shalata” (Dirikanlah
Shalat) dengan khithab kepada orang banyak, yaitu pada surat: Al-Baqarah ayat
43, 83 dan110, An-Nisa ayat 177 dan 103, Al-An`am ayat 72, Yunus ayat 87,
Al-Hajj: 78, An-Nuur ayat 56, Luqman ayat 31, Al-Mujadalah ayat 13, dan
Al-Muzzammil ayat 20. Juga,ada 5 perintah shalat dengan lafaz “Aqimish-shalata”
(Dirikanlah shalat) dengan khithab hanya kepada satu orang, yaitu pada Surat:
Huud ayat 114, Al-Isra` ayat 78, Thaha ayat 14, Al-Ankabut ayat 45, dan Luqman
ayat 17.
Dalam Islam, shalat
menempati posisi vital dan strategis. Ia merupakan salah satu rukun Islam yang
menjadi pembatas apakah seseorang itu mukmin atau kafir. Nabi SAW
bersabda: “Perjanjian yang mengikat antara kami dan mereka adalah mendirikan
shalat. Siapa yang meninggalkannya, maka sungguh dia telah kafir”(H.R
Muslim)
Sedemikian vitalnya
shalat, maka ibadah shalat dalam Islam tidak bisa diganti atau diwakilkan. Dia
wajib bagi setiap muslim laki-laki dan wanita dalam kondisi apapun: baik dalam
kondisi aman, takut, dalam keadaan sehat dan sakit, dalam keadaan bermukim dan
musafir. Oleh karena itu, pelaksanaan shalat bisa dilakukan dengan berbagai
cara, tergantung pada keadaan pelakunya; kalau tidak bisa berdiri boleh duduk,
kalau tidak bisa duduk boleh berbaring, dan seterusnya.
Maka dari itu, shalat
merupakan faktor terpenting yang menyangga tegaknya agama Islam. Sehingga,
sudah sepatutnya, umat Islam memahami maknanya dan mengetahui manfaat dimensi
shalat dalam kehidupan manusia, khususnya dimensi rohani, soasial, dan medis
shalat.
Namun, sikap yang
pertama kali harus ditunjukkan adalah bahwa kita wajib menjadikan shalat
sebagai suatu ibadah dulu. Kemudian setelah itu, baru mengetahui manfaatnya
dalam sendi kehidupan kita.
A. Dimensi rohani shalat
Allah SWT berfirman
di dalam al-Qur’an: "Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak
ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan tegakkanlah shalat
untuk mengingat-Ku."(Qs. Thaha: 14). "(Yaitu) Orang-orang yang
beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah, ingatlah, hanya
dengan mengingat Allah-lah, hati menjadi tenang." (Qs.
Ar-Ra’du: 28)
Dua ayat di atas
mengisyaratkan kepada kita, bahwa soal ketenangan jiwa adalah janji Allah yang
sudah pasti akan diberikan kepada orang yang shalat. Hati bisa tenang bila
mengingat dan dzikir kepada Allah, sedang sarana berdzikir yang paling efektif
adalah shalat. Tentu bukan sembarang shalat. Sebagaimana dalam ayat di atas,
perintah Allah adalah tegakkan, bukan laksanakan.
Mendirikan shalat
beda dengan sekadar melaksanakan. Mendirikan shalat punya kesan adanya suatu
perjuangan, keseriuasan, kedisiplinan, dan konsentrasi tingkat tinggi. Jika sekadar
melaksanakan, tak perlu susah payah, cukup santai asal terlaksana. Itulah
sebabnya Allah memilih kata perintah “aqim” yang berarti dirikan, tegakkan,
luruskan.
Maka, kualitas shalat
seseorang diukur dari tingkat kekhusyu’annya, yaitu hadirnya hati dalam setiap
aktifitas shalat. Dalam hal ini Imam al-Ghazali menyebutkan enam makna batin
yang dapat menyempurnakan makna shalat, yaitu: kehadiran hati, kefahahaman akan
bacaan shalat, mengagungkan Allah, “haibah” (segan), berharap, dan merasa malu.
Shalat dapat di sebut
sebagai dzikir, manakala orang yang shalatnya itu menyadari sepenuhnya apa yang
dilakukan dan apa yang diucapkan dalam shalatnya. Dengan kata lain dia tidak
dilalakani oleh hal-hal yang membuat shalatnya tidak efektif dan komunikatif.
Dalam hadist riwayat Abu Hurairah di sebutkan bahwa Rasulullah SAW
bersabda: "Berapa banyak orang yang melaksanakan shalat, keuntungan
yang diperoleh dari shalatnya, hanyalah capai dan payah saja." (HR.
Ibnu Majah).
Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa yang lebih penting dan utama dalam shalat itu bukan
gerakan fisik, akan tetapi gerakan batin. Gerakan fisik bisa diganti atau
ditiadakan jika memang tidak mampu. Tapi dzikir kepada Allah tetap harus
berjalan, kapanpun dan bagaimanapun juga. Seorang yang tidak mampu berdiri
karena sakit, bisa mengganti gerakan berdirinya dengan hanya duduk, mengganti
gerakan ruku’nya dengan isyarat sedikit membungkuk. Demikian juga sujudnya.
Tidak bisa berdiri diperbolehkan duduk. Tidak bisa duduk dengan berbaring dan
sebagainya.Sedangkan gerakan batin tidak bisa di ganti. Ini yang mutlak harus
ada. Tanpa kehadiran hati, shalat hanya merupakan gerakan tanpa arti.
Itulah sebabnya Allah
SWT memberi ancaman yang cukup keras kepada kita, dengan kata yang amat
pedas, "Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, yaitu mereka
yang lalai dalam shalatnya." (Qs. al-Maa’uun: 4-5)
Jadi, janji-janji
Allah SWT kepada orang yang shalat, seperti: ketenangan batin, ketentraman hati
dan apalagi pahala tidak serta merta diberikan Allah begitu saja. Ada syarat-syarat
tertentu yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Bagi yang lalai dalam shalatnya
bukan saja tidak bakal mendapatkan janji-janji tadi, malah ada ancaman keras
dari Allah SWT.
B. Dimensi sosial shalat
Allah SWT
berfirman: “Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan munkar, dan sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah lain), dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Qs. Al-Ankabuut:45)
Dengan jelas ayat di
atas mengisyaratkan bahwa salah satu pencapaian yang dituju oleh adanya
kewajiban shalat adalah bahwa pelakunya menjadi tercegah dari kemungkinan
berbuat jahat dan keji. Ini mengindikasikan bahwa shalat merupakan salah satu
rukun Islam yang mendasaar dan pijakan utama dalam mewujudkan sistem sosial
Islam. Kemalasan dan keengganan melaksanakan salat disamping sebagai
tanda-tanda kemunafikan, dan semakin lunturnya imannya seseorang, dalam skala
besar merupakan tahapan awal kehancuran komunitas muslim. Karena secara empirik
shalat merupakan faktor utama dalam proses penyatuan dan pembangunan kembali
kekuatan-kekuatan komunitas muslim yang sebelumnya rusak dan terpencar-pencar
sebagai akibat melalaikan mendirikan salat.
Oleh karena itu
Rasulullah SAW bersabda: "Sholat adalah tiang agama, barang siapa
menegakkannya, maka ia telah menegakkan agama, dan barang siapa merobohkannya,
maka ia telah merobohkan agama." (HR. Imam Baihaqi). Hal ini
mengindikasikan bahwa kekokohan sendi-sendi soasial masyarakat muslim akan sangat
tergantung kepada sejauh mana mereka menegakkan shalat yang sebenar-benarnya.
Apabila hal ini tidak menjadi prioritas utamanya, maka kekeroposan sendi-sendi
sosial kemasyarakatan akan menghinggapinya, yang berlanjut kepada kehancuran
umat Islam itu sendiri. Karena suatu bangunan itu kuat, ketika tiangnya kokoh.
Shalat diakhiri
dengan salam, hal ini mengindikasikan bahwa setelah seorang hamba melakukan
hubungan (komunikasi) yang baik dengan Allah, maka diharapkan hubungan yang
baik tersebut juga berdampak pada hubungan yang baik kepada sesama manusia.
Dengan kata lain, jika seorang hamba dengan penuh kekhusyu’an dan kesungguhan
menghayati kehadiran Tuhan pada waktu shalat, maka diharapkan bahwa penghayatan
akan kehadiran Tuhan itu akan mempunyai dampak positif pada tingkah laku dan
pekertinyadalam kehidupan bermasyarakat.
Hal ini diwujudkan
dengan jaminan melakukan apa saja yang dibenarkan syariah guna membantu
saudara-saudaranya yang memang butuh bantuan. Yang kaya membantu yang miskin,
yang kuasa membantu yang teraniaya, yang berilmu membantu yang masih belajar,
supaya terjadi saling hubungan yang serasi dan harmonis, Orang yang salatnya
baik, tidak akan pernah mengeluarkan ucapan dan atau perbuatan kepada
sesamanya, yang maksudnya memang jelek.
Orang yang salatnya
baik, akan bertindak santun dengan sahabatnya, tetangganya dan siapapun juga,
akan menghormati tamunya dengan penuh perhatian, dan akan bertindak dan
bertaaruf secara santun dengan saudaranya sesama manusia apalagi terhadap
saudaranya seiman, dengan tanpa membedakan baju dan golongannya. Orang yang
salatnya bagus bukan sekedar membekas hitam di keningnya, lebih dari itu adalah
bagaimana mengimplementasikan kasih sayangnya kepada lingkungannya (rohmatun
lilalamin).
Orang yang salatnya
baik justru dituntut lebih banyak kiprahnya dalam kehidupan sosial. Keliru
besar jika mereka yang shalat, hanya mengelompok, menyendiri dan
mengexklusifkan diri seolah hidup dalam ruang hampa sosial, dan menafikan dan
terkesan merendahkan pihak lain. Sungguh Allah membenci dan tidak menyukai
orang-orang yang membanggakan dirinya, angkuh, sombong dan merasa paling baik,
paling suci dibanding dengan yang lain. Intinya orang yang sholatnya baik
adalah tercermin dalam amal salehnya di luar sholat.
C. Dimensi medis shalat
Rasulullah SAW
bersabda: “Bagaimana pendapatmu apabila seandainya di depan pintu salah
seorang di antara kalian terdapat sungai, dimana ia mandi pada sungai tersebut
setiap hari sebanyak lima kali, adakah daki yang akan tersisa pada badannya?
Mereka menjawab: “Daki mereka tidak akan tersisa sedikitpun”. Rasulullah
bersabda: “Demikianlah perumpamaan shalat lima waktu, Allah menghapuskan
dosa-dosa dengannya” (H.R Bukhari Muslim)
Sebuah riset di
Amerika yang diadakan Medical Center di salah satu universitas di sana ‘Pyok’ –
seperti dilansir situs ‘Laha’- menegaskan,bahwa shalat dapat memberikan
kekuatan terhadap tingkat kekebalan tubuh orang-orang yang rajin
melaksanakannya melawan berbagai penyakit, salah satunya penyakit kanker. Riset
itu juga menegaskan, adanya manfaat rohani, jasmani dan akhlak yang besar bagi
orang yang rajin shalat.
Riset itu
mengungkapkan, tubuh orang-orang yang shalat jarang mengandung persentase tidak
normal dari protein imun Antarlokin dibanding orang-orang yang tidak shalat.
Itu adalah protein yang terkait dengan beragam jenis penyakit menua, di samping
sebab lain yang mempengaruhi alat kekebalan tubuh seperti stres dan
penyakit-penyakit akut.
Para peneliti ini
meyakini bahwa secara umum ibadah dapat memperkuat tingkat kekebalan tubuh
karena menyugesti seseorang untuk sabar, tahan terhadap berbagai cobaan dengan
jiwa yang toleran dan ridha. Sekali pun cara kerja pengaruh hal ini masih belum
begitu jelas bagi para ilmuan, akan tetapi cukup banyak bukti atas hal itu,
yang sering disebut sebagai dominasi akal terhadap tubuh. Bisa jadi melalui
hormon-hormon alami yang dikirim otak ke dalam tubuh di mana orang-orang yang
rajin shalat memiliki alat kekebalan tubuh yang lebih aktif daripada mereka
yang tidak melakukannya.
Di samping itu, ada
beberapa hasil riset medis yang memfokuskan pada gerakan-gerakan shalat,
misalnya: gerakan takbiratul ihram berhasiat melancarkan aliran darah, getah
bening (limfe) dan kekuatan otot lengan. Gerakan rukuk bermanfaat untuk
menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang belakang (corpus vertebrae)
sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf. I’tidal yang merupakan variasi postur
setelah rukuk dan sebelum sujud merupakan latihan pencernaan yang baik. Pada
waktu sujud aliran getah bening dipompa ke bagian leher dan ketiak dan posisi
jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke
otak, maka aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Duduk yang terdiri
dari dua macam, yaitu iftirosy (tahiyyat awal) dan tawarruk (tahiyyat akhir) yang
perbedaannya terletak pada posisi telapak kaki juga memiliki manfaat medis,
saat iftirosy, kita bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan syaraf
nervus Ischiadius, posisi ini menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering
menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan, sedangklan duduk tawarruk sangat
baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih (urethra), kelenjar
kelamin pria (prostata) dan saluran vas deferens, jika dilakukan. dengan benar,
postur irfi mencegah impotensi. Gerakan salam, berupa memutarkan kepala ke
kanan dan ke kiri secara maksimal, bermanfaat sebagai relaksasi otot sekitar
leher dan kepala untuk menyempurnakan aliran darah di kepala yang bisa mencegah
sakit kepala dan menjaga kekencangan kulit wajah.
Dari sini bisa di
ambil konklusi, bahwa tidak terlalu sulit dipahami jika orang yang intens
komunikasinya dengan Allah, melalui shalat yang khusyu’ sebagai sarananya, akan
berhasil mencapai kemenangan dan keberhasilan di berbagai sendi kehidupan.
Sebab, pada saat
shalat seorang hamba sedang ada dalam komunikasi langsung dengan sumber energi
dan kekuatan, yaitu Allah SWT. Jika kita sudah dekat dengan sumber energi dan
sumber kekuatan itu, maka dengan izin-Nya energi dan kekuatan itu akan mengalir
ke dalam diri kita. Sehingga dari sana kemenangan dunia dan akhirat yang kita
cita-citakan insyaallah bisa dicapai.
Wallahu a’lam bi as-Shawab.
ARTIKEL TERKAIT:
Rasulullah lebih menyukai Shalat sunnah dari
pada dunia semuanya. Bahkan didalam hadisnya yang lain dinyatakan; shalat fajar
dua rokat itu ...
Manfaat Shalat Tahajud – Sebelum kita
membahas manfaat shalat tahajud , kita bahas dulu tentang pengertian
shalat tahajjud. Shalat ta...
Segala puji bagi Allah subhanahu wata’aala,
Dzat yang dengan nikmat-Nya kebaikan menjadi sempurna. Pahala Dan Keutamaan
Shalat Berjamaah d...
Dua shalat ini yaitu shalat Shubuh dan Shalat
”Ashar memiliki keutamaan yang besar. Namun sayang, tidak sedikit dari yang
mengaku musli...
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
"Asyhadu an-laa ilaaha illallaah Wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullaah
Saya bersa...
Rasulullah saw. bersabda, “Jika saja
mereka mengetahui apa yang terdapat dalam shalat subuh dan ashar, niscaya
mereka akan pergi melaksan...
4 1.Keutamaan Hari Raya Idul Fitri
Permulaan bulan Syawal dan hari ke-10 bulan Dzulhijjah disebut hari raya, sebab
para orang m...
Sholat merupakan salah satu bentuk pengabdian
manusia kepada Allah SWT yang wajib dilakukan, sebagaimana ayat berikut ini :
Maka ap...
Pengertian Ibadah Dalam Islam
Allah Swt. menciptakan manusia agar mengenal dan menyembah-Nya,
menunaikan hak-hak rububiyah dan ul...
Cara Mengerjakan Shalat Witir –
Pengertian Shalat Witir adalah Shalat Sunah dg jumlah Raka’at satu, dua, tiga,
lima, tujuh dan maksimal s...
SEMOGA BERMANFAAT DAN MEMBERI
INSPIRASI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar