Tips
dan Trik Cara Mudah Cepat Berangkat Haji dan Umroh
Haji - Tips Trik Cara Mengapai HAJI Mabrur -
KokoLindsHaji.Com
Berbahagialah orang yang diberi kesempatan untuk mengerjakan ibadah
haji, karena hanya sedikit dari hamba Allah yang diperkenankan untuk menunaikan
ibadah yang agung ini.
Surga, Balasan bagi Haji Mabrur
Haji sebagai salah satu rukun Islam selain memiliki fadhilah berupa
terhapusnya dosa bagi mereka yang menunaikannya, juga memiliki keutamaan yang
sangat besar jika haji yang dilaksanakan tergolong sebagai haji yang mabrur.
Keutamaan tersebut adalah balasan berupa surga seperti yang disabdakan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidak ada
balasan bagi haji yang mabrur selain jannah (surga)” [HR.
Bukhari dan Muslim]. Setiap orang yang melaksanakan haji tentu berharap agar
haji yang dilaksanakan dapat tergolong sebagai haji yang mabrur. Adakah balasan
yang lebih berharga selain surga Allah?
Kiat Meraih Haji Mabrur
Pahala haji yang besar itulah yang menjadi alasan bagi kaum
muslimin untuk menunaikan ibadah haji, mengeluarkan biaya yang tidak sedikit
tidak menjadi penghalang bagi kaum muslimin untuk berbondong-bondong ke Tanah
Haram demi menunaikan ibadah haji.
Namun, amatlah disayangkan jika niat yang baik tersebut tidak
diimbangi dengan pengetahuan agama terkait tata cara haji, mengingat haji yang
mabrur -sebagaimana ditafsirkan oleh sebagian ulama- adalah haji yang berbagai
hukum di dalamnya ditunaikan secara sempurna [Fath al-Baari 5/155].
Jika seorang berhaji tanpa mengetahui hukum-hukum dan adab-adab
haji, dikhawatirkan ibadah haji yang dilaksanakan tercampuri berbagai tindakan
yang mengurangi kesempurnaan haji, atau bahkan membatalkannya. Bila kondisinya
demikian tentu haji mabrur yang diharapkan hanyalah sebuah mimpi.
Ulama telah memberikan beberapa kiat untuk memperoleh haji yang
mabrur, diantaranya adalah sebagai berikut:
Pertama, dilakukan dengan ikhlas. Dalam
menunaikan suatu ibadah, setiap muslim dituntut untuk ikhlas. Demikian pula
dalam berhaji, seorang muslim diwajibkan untuk terbebas dari tujuan lain selain
mendapatkan ridha Allah ta’ala. Dia
tidak menghendaki pujian, popularitas ataupun gelar “pak haji” selepas dirinya
berhaji.
Jika ternyata dirinya terhinggapi riya, sum’ah atau berbagai
tendensi selain memperoleh ridha Allah, maka gugurlah pahala yang semula
dijanjikan untuknya. Allah SWT berfirman (yang artinya), “Aku adalah
Zat yang Maha Kaya (tidak butuh) kepada sekutu, barangsiapa beramal suatu
amalan yang dia menyekutukan-Ku di dalamnya, maka Aku tinggalkan amalan itu
bersama apa yang dia sekutukan” [HR. Muslim]. Mengingat
pentingnya ikhlas dalam berhaji, Nabi Muhammad SAW pun berdo’a meminta
kepada Allah agar haji yang beliau lakukan terbebas dari unsur riya’ dan
sum’ah. Kata beliau, “Ya Allah, jadikanlah hajiku ini, haji yang
tidak mengandung unsur riya (pamer diri) dan unsur sum’ah (siar diri)” [Shahih. HR. Ibnu Majah].
Kedua, Berusaha melaksanakan
ibadah haji sesuai dengan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam
segala perkara, besar maupun kecil, yang hukumnya wajib maupun yang status
hukumnya mustahab. Jangan menyepelekan ibadah sunnah, karena menyepelekannya
mengantarkan seseorang untuk menyepelekan rukun-rukun haji yang hukumnya wajib
dilakukan.
Demikian pula, mereka yang berhaji hendaknya menghindari berbagai
praktek ibadah yang menyelisihi tuntunan nabi dalam berhaji. Seluruh kegiatan
manasik haji telah tertuang dalam kitab-kitab hadits, kaum muslimin tinggal
mengambilnya dari sumber tersebut. Oleh karenanya, setiap muslim yang hendak
berhaji haruslah memiliki bekal yang memadai terkait fikih pelaksanaan haji.
Ketiga, Melakukan persiapan ruhani
untuk berhaji. Persiapan
rohani ini dapat ditempuh dan dibantu dengan cara:
1. Taubat nashuha. Melaksanakan
haji dengan menempuh perjalanan ribuan kilometer, selain menghabiskan biaya,
tentu juga menguras fisik dan tenaga. Bahkan tidak menutup kemungkinan orang
yang berhaji tidak mampu lagi kembali ke tengah-tengah keluarga, karena Allah
mewafatkan mereka disana. Oleh karenanya, mereka yang berhaji perlu senantiasa
memperbarui taubat kepada Allah akan berbagai kezhaliman yang telah dilakukan.
Jika kezhaliman tersebut terkait dengan orang lain, maka hendaklah dia segera
meminta maaf kepada pihak yang dia zhalimi.
2. Bersegera menunaikan hak orang lain,
jika masih ada yang belum tertunaikan. Jika ada hutang, hendaknya ditunaikan
segera. Hal ini agar mereka yang berhaji tidak lagi memiliki “tanggungan” yang
dapat membebani pikiran tatkala melaksanakan ibadah haji.
3. Menggunakan harta yang halal. Salah satu nama Allah adalah
ath-Thayyib (Zat yang Maha Baik). Dengan demikian, sebagaimana disebutkan dalam
hadits Allah tidaklah akan menerima kecuali amalan yang baik pula. Wajib
menggunakan harta yang halal (bukan dari hasil riba, korupsi, gratifikasi,
penipuan, pencurian, dll) untuk membiayai pelaksanaan haji, karena harta yang
haram dapat menghalangi pahala haji sebagaimana diriwayatkan dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam : “Jika
seseorang keluar bertujuan haji dengan nafkah yang baik (halal) dan ia pijakkan
kaki pada pijakan pelana kudanya lalu menyeru, “Kusambut panggilan-Mu ya Allah,
kusambut panggilan-Mu”, maka diserulah ia oleh penyeru dari langit “Ku sambut
pula kamu dan Aku karuniakan kepadamu kebahagiaan demi kebahagiaan. Bekalmu
adalah halal, kendaraan yang kamu tunggangi pun halal. Dan hajimu adalah
mabrur, tidak ternodai dosa.” Jika seorang itu keluar dengan nafkah yang buruk
(haram) lalu ia pijakkan kakinya pada pijakan pelana kudanya dan menyeru:
“Kusambut panggilan-Mu ya Allah, kusambut panggilan-Mu”, maka diserulah ia oleh
penyeru dari langit: “Aku tidak menyambutmu dan tidak pula Aku karuniakan
kebahagiaan demi kebahagiaan kepadamu. Bekalmu adalah haram, dan harta yang
kamu gunakan pun haram. Dan hajimu tidaklah mabrur” [Dla’if. HR. Ath-Thabrani dalam
al-Mu’jam al-Wasith].
4. Mencari rekan yang shalih untuk menemani. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang itu bergantung
pada agama / perangai teman karibnya, maka hendaknya seseorang meneliti siapa
yang dia jadikan karib.” [Hasan. HR. Ahmad]. Keberadaan
orang-orang yang shalih ketika berhaji akan menguatkan jama’ah haji karena
mereka akan memotivasi ketika lesu dalam beribadah, akan mengingatkan ketika
lupa menunaikan suatu kebaikan, akan menunjukkan berbagai kebaikan, dan akan
memperingatkan dari berbagai keburukan.
Keempat, meninggalkan maksiat dan
berbagai hal yang diharamkan ketika berhaji.Allahta’ala berfirman
(yang artinya), “Barangsiapa mengerjakan (ibadah) haji pada (bulan-bulan) itu,
maka janganlah ia berbuat rafats, berbuat fasik, dan jidal dalam (melakukan
ibadah) haji…” (QS. Al-Baqarah: 197)”. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Barang
siapa berhaji sedangkan dia tidak melakukan rafats dan berbuat fasik, maka dia
kembali seperti hari dia dilahirkan ibunya” [HR. Bukhari].
Syeikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin berkata, “Orang yang
mengerjakan haji hendaklah menjauhi rafats yaitu jima’ serta semua sebab dan
motif yang mendorong untuk melakukannya, menjauhi tindakan fasik baik dalam
bentuk kata-kata yang diharamkan seperti ghibah (menggunjing), namimah (mengadu
domba) atau dusta, maupun berupa perbuatan yang diharamkan seperti memandang
wanita yang bukan mahramnya dan lain sebagainya. Adapun jidal yaitu bertengkar
dan berdebat dengan orang lain ketika menunaikan ibadah haji. Hal ini akan
banyak mengurangi pahala haji, kecuali berdebat untuk mencari kebenaran dan
menjauhi kebatilan, maka ini hukumnya wajib.” (Syarah Riyadhus Shalihin 3/747).
Tanda-tanda Haji yang Mabrur
Salah satu pengertian haji mabrur yang diungkapkan oleh para ulama
adalah haji yang tidak ternodai oleh dosa, dan hal itu ditandai dengan adanya
perbaikan kondisi jama’ah haji menjadi lebih baik dari sebelumnya. Lebih ta’at
dan tunduk kepada-Nya, bersemangat dalam menjalankan aturan dan hukum yang
ditetapkan-Nya, serta konsisten melaksanakannya. Inilah indikator yang menjadi
tanda akan ”kemabruran” haji seseorang.Wallahul muwaffiq. [Ichwan
Muslim]
ARTIKEL MENARIK TERKAIT:
Haji
adalah rukun Islam kelima yang diwajibkan bagi orang yang mampu, baik mampu
secara materi, maupun secara ruhani. Sayangnya, orang...
Bicara soal
waktu, meski umrah bisa dilakukan kapan saja, pemilihan waktu sendiri sebenarnya
cukup penting. Ini ada hubungannya dengan kond...
Pilihlah agen
travel yang sudah punya kredibilitas dan pengalaman yang baik dalam
menyelenggarakan haji/umroh. Sesuaikan dengan budget ya...
Assalamualaikum
warahatullah wabarokatuh. Naik haji adalah rukun (tiang agama)
islam yang ke lima setelah syahadat,shalat,zakat,dan pu...
Persiapan
beribadah haji di usia muda: 1. Niat ikhlas untuk berhaji Niat adalah syarat
wajib dalam menunaikan ibadah apapun. Ni...
Segala puji
hanya bagi Allah, shalawat serta salam kita sampaikan kepada Rasulullah,
keluarganya dan para sahabatnya. Berikut ini adalah...
Haji, rukun
islam kelima kita, adalah salah satu ibadah yang menjadi impian banyak muslim.
Ibadah yang begitu membekas dan bermakna bagi ...
Bagaimana tips
untuk me-packing baju saat umroh ? Dengan bawaan yang tidak sedikit
waktu yang relatif lama dan belum lagi rencana oleh-ol...
Naik haji
merupakan rukun islam yang kelima dan merupakan salah satu ibadah yang
pahalanya sangat besar, tingkat kewajiban naik haji ter...
Berbahagialah
orang yang diberi kesempatan untuk mengerjakan ibadah haji, karena hanya
sedikit dari hamba Allah yang diperkenankan untuk me...
Sumber:kokolindshaji.blogspot.com
SEMOGA BERMANFAAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar